Phoebe
Last updated
Last updated
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat Lahir
Rinascita
Afiliasi
Order of the Deep
Graceful Luminescence
[Cuplikan Surat Rekomendasi dari Order Orphanage]
Saat pertama kali aku melihat Tacet Mark yang bercahaya di paha kiri atasnya, aku langsung tahu bahwa ini adalah berkah dari Imperator.
...Kemampuannya memungkinkan dia untuk memanifestasikan cahaya, membiaskannya ke dalam berbagai bentuk prisma. Bahkan di malam paling gelap, saat badai telah memadamkan semua cahaya lain, dia mengisi setiap ruangan dengan sinar lembut yang menenangkan. Cahaya yang begitu menenteramkan, seolah membawa esensi harapan di tengah kegelapan. Seperti tertulis dalam Tenets of the Deep, cahaya seperti itu pasti telah lama bersemayam di dalam hatinya, sebagai tanda dari pengabdiannya yang tanpa henti...
Catatan ini telah dipindahkan dari Orphanage ke arsip Order of the Deep.
Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa kemampuan Resonance yang luar biasa dari Acolyte Initiate Phoebe berasal dari imannya yang tak tergoyahkan terhadap Divinity.
Hal ini terlihat dari hubungan erat yang ia jalin dengan Echoes, sebuah keterikatan yang semakin memperkuat kepercayaan sebagian umat pada dirinya. Keterlibatannya yang aktif dalam kegiatan amal telah memberinya pengakuan luas, sehingga kami dengan suara bulat memutuskan untuk memberinya gelar Acolyte setelah masa novisiatnya.
Namun, beberapa anggota Order berpendapat bahwa kedekatannya dengan Echoes melanggar doktrin. Berkah dari Divine Envoys seharusnya dibagikan secara merata, sebagaimana kasih Sentinel terhadap umatnya bersifat adil dan tanpa keberpihakan. Kedekatan yang terlalu erat dengan Divine Envoys dapat membawa risiko yang tak terduga. Oleh karena itu, kami tidak merekomendasikan penempatannya di Servitude Hall, dan percaya bahwa keputusan yang paling bijaksana adalah memindahkannya ke Ministry of Holy Rituals.
[Order of the Deep - Ministry of Holy Rituals Records]
Grafik gelombang Resonator Phoebe menunjukkan fluktuasi elips. Pola Time Domain tetap stabil, dan tidak ditemukan tanda-tanda fluktuasi abnormal. Hasil pengujian berada dalam rentang fase normal.
Kritikal Resonansi: Relatif tinggi. Frekuensi Resonator Phoebe menunjukkan stabilitas tinggi dengan risiko Overclocking yang rendah.
Riwayat Overclocking: Tidak ada.
Sebagai seorang Acolyte, Phoebe selalu mematuhi ajaran tentang "keheningan" dan "pengendalian diri", menjadikannya salah satu Resonator paling stabil di antara rekan-rekannya. Pengamatan menunjukkan bahwa kemampuan Resonance miliknya menghasilkan frekuensi yang stabil, dengan efek kuat terhadap Echoes dan Remnant Creatures. Pengaruhnya juga bisa dirasakan oleh manusia, memberikan efek "penyembuhan" di tingkat spiritual. Hal ini membuatnya sangat cocok untuk peran yang membutuhkan ketenangan dan mediasi.
Catatan Terbaru: Fluktuasi kecil berbentuk sawtooth terdeteksi dalam gelombang reguler Acolyte Phoebe. Saat ini tidak ditemukan anomali lebih lanjut, tetapi pemantauan lanjutan disarankan, dengan peningkatan perhatian jika diperlukan.
Frozen In Time
Sebuah liontin yang selalu dibawa Phoebe, dibuat ulang dari jam saku tua. Di dalamnya terdapat potret keluarganya.
Benda ini sempat hilang di kedalaman laut akibat kapal karam, tetapi berkat usaha tanpa lelah dari teman-temannya yang baik hati, liontin itu akhirnya kembali padanya.
"Dalam gelombang waktu yang cepat berlalu... dalam percikan indah lautan, dan dalam cahaya, ada kata-kata yang ingin kusampaikan kepadamu, berulang kali."
"Envoy"
Sebuah suvenir buatan tangan dari negeri seberang, satu-satunya barang yang Phoebe simpan setelah seluruh harta keluarganya dijual.
Dulu, dalam dongeng sebelum tidur yang ia percayai tak akan pernah berakhir, ada seekor burung bersayap biru—utusan Divinity. Burung itu memiliki kekuatan untuk menembus badai dan membawa kebahagiaan bagi seorang gadis kecil yang menahan kesepian di setiap malamnya sebelum terlelap.
A Vision Far Away
Sebuah edisi tua dan pudar dari Codex of the Deep, dijilid dengan tangan oleh seorang ibu yang penuh kasih dan ketulusan.
Seorang Acolyte yang baik dan taat harus memahami isi Codex dengan baik, menjadikan bimbingan Sentinel sebagai pedoman dalam hati. Phoebe selalu berpegang pada ajaran tersebut, meskipun jika boleh jujur, ia lebih menyukai warna langit dibandingkan warna lautan.
"Codex mengatakan bahwa penderitaan mendekatkan kita kepada Divinity. Tapi aku tetap berharap hidupmu dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan, anakku."
Suatu sore yang biasa di Ragunna, jalanan lebar kota itu dipenuhi hiruk-pikuk orang-orang, lebih ramai dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Festival Carnevale yang telah lama dinantikan akan segera kembali, dan kabar itu telah menyebar ke seluruh Ragunna, bahkan hingga ke negeri-negeri seberang lautan. Dalam beberapa hari terakhir, para pelancong dari berbagai penjuru mulai berdatangan. Bahkan sebelum jam makan malam, Trattoria Margherita sudah dipenuhi oleh para pengunjung yang tak sabar menikmati hidangan.
Anggur berkualitas dari Ragunna tak kalah memesona dibandingkan pemandangannya yang menakjubkan. Nectarwine memiliki kemampuan meninabobokan seseorang ke dalam mimpi indah, meskipun terlalu banyak menikmatinya kadang berujung pada insiden yang tak diinginkan.
Apa yang awalnya hanya perdebatan kecil soal rasa, perlahan berubah menjadi adu argumen sengit. Mungkin ini karena kelelahan yang menumpuk, atau mungkin juga sore yang mengantuk itu memang butuh sedikit kekacauan untuk membuatnya lebih hidup. Bagaimanapun, semakin banyak orang yang berkumpul, ikut serta dalam perdebatan yang semakin panas.
Hingga akhirnya, pertengkaran itu berubah menjadi perkelahian sungguhan.
Restoran seketika menjadi panggung kekacauan. Pizza dan makanan penutup beterbangan, makanan laut melompat dari piring dan mendarat tepat di wajah para pejalan kaki. Para pelanggan berusaha berlindung, meskipun banyak yang tak bisa menahan diri untuk mengintip kekacauan yang terjadi.
"Semua! Oh, jangan begitu! Kalian akan memecahkan piring! Letakkan peralatan makan kalian, itu berbahaya, dengar?"
seru pemilik restoran, ekornya mengembang karena panik, sambil melompat-lompat dan mengayunkan dayung pizza di tangannya. Meski begitu, ia terlalu takut untuk mendekati keributan itu.
Saat itulah, sosok mungil melesat dari tengah kerumunan.
"Tolong, tenanglah!"
Dengan tongkat di tangan, sosok kecil itu menggambar sebuah lengkungan lebar di udara. Seekor burung emas turun dari langit, seolah membawa beban surga di sayapnya. Ia menyentuh dahi dua pria yang sedang bertengkar, tak lebih dari sekadar sentuhan lembut seperti capung yang menyentuh permukaan air.
Dalam sekejap, kedua pria yang semula saling menyerang itu langsung tenang. Mereka jatuh tertelungkup ke atas meja, tersenyum dalam tidur nyenyak.
"Jangan khawatir, mereka hanya tertidur,"
ujar seorang Acolyte mungil berambut pirang sambil menyimpan tongkatnya.
"Namun, mengganggu ketertiban umum adalah pelanggaran terhadap regulasi Order. Mereka yang menyebabkan kekacauan harus menerima hukuman yang sesuai."
"Kesederhanaan adalah kebajikan yang dianugerahkan oleh Sentinel. Itu membuat makanan dan Nectarwine terasa lebih nikmat... Kuharap insiden kecil ini tidak mengurangi kesenangan siapa pun saat berada di Ragunna."
Senyuman Acolyte itu lembut dan hangat, sementara keheningan perlahan menyelimuti sekitarnya.
Saat Acolytes lainnya tiba bersama La Guardias, keadaan sudah kembali tenang.
"Iya, iya, aku melihatnya sendiri! Dia menjatuhkan dua pria besar itu hanya dengan satu sentuhan tongkatnya! Lalu tiba-tiba muncul Plushie Echo raksasa yang membawa mereka pergi! Dia terlihat muda, tapi jangan menilai buku dari sampulnya..."
Seorang pelanggan yang tertinggal untuk membantu merapikan restoran menceritakan kejadian itu dengan penuh semangat.
Seorang Acolyte senior mengeluarkan Terminal-nya untuk membuat laporan, hanya untuk menemukan bahwa laporan tersebut sudah dikirim ke Order, lengkap dengan detail kejadian dan keberadaan dua pria yang telah diamankan.
"Jadi... ini sudah beres?"
"Tentu saja."
Acolyte itu menyimpan Terminal-nya dengan tenang.
"Serahkan saja pada Acolyte Phoebe. Dia tahu cara menangani hal-hal seperti ini lebih baik dari siapa pun."
Kepada Tuan Claremont,
Aku mohon maaf atas keterlambatan ini. Aku sangat sibuk menangani berbagai urusan yang mendesak. Dengan berat hati, aku harus menyampaikan kabar tragis ini: Keluarga Marino, mitra bisnis kita, diserang oleh Tacet Discords dalam perjalanan mereka ke New Federation. Sayangnya, mereka tidak selamat. Semoga Sentinel membimbing jiwa mereka menuju kedamaian.
Mengenai pembayaran untuk kargo yang tenggelam, sesuai kesepakatan sebelumnya, aku telah mulai melikuidasi aset keluarga Marino yang tersisa. Ini adalah langkah yang sangat tidak kuinginkan. Kita berdua tahu betapa besarnya investasi yang telah kita tanamkan dalam kesepakatan ini. Sekarang, dengan tidak ada lagi yang dapat menopangnya, aku hanya bisa mencoba mengisi kekosongan ini dengan cara terbaik yang kumampu.
Kau pasti masih ingat Phoebe. Gadis malang itu telah kehilangan kedua orang tuanya. Dia tidak memiliki tempat untuk pulang, dan aku yang sering bepergian karena bisnis tidak bisa merawatnya sebagaimana seharusnya. Aku mendengar bahwa kau memiliki hubungan dekat dengan seorang kerabat jauh keluarga Marino, dan aku berdoa semoga kau bersedia memberinya sebuah rumah...
Aku melipat surat itu dengan hati-hati, memeriksa alamat sekali lagi, lalu mengetuk pintu.
Ketukan berulang kali telah menarik perhatian para tetangga yang mulai melirik penasaran, tetapi tidak ada jawaban dari dalam. Di belakangku, seorang gadis kecil berdiri dengan kepala tertunduk, seolah sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Mereka pergi berlibur beberapa waktu lalu,"
ujar seorang tetangga yang lewat dengan santai.
"Mungkin mereka tidak akan kembali dalam waktu dekat."
"Begitu ya, terima kasih. Ayo, Phoebe."
Saat kami berbalik, aku sekilas melihat gorden di jendela samping berkibar. Aku menggenggam tangan Phoebe lebih erat, membawanya pergi meninggalkan lingkungan mewah itu.
Kota Ragunna luas, tetapi menemukan rumah di sini bukanlah tugas yang mudah. Aku sudah kehilangan hitungan berapa banyak pintu yang telah kuketuk, dan berapa banyak penolakan yang kuterima.
Setelah bertahun-tahun bekerja di panti asuhan, aku sudah terbiasa dengan berbagai macam alasan penolakan. Namun, aku tak sanggup membiarkan Phoebe merasakan semua itu. Dia masih terlalu muda. Yang dia butuhkan adalah rumah yang hangat dan stabil, tempat di mana dia bisa menyembuhkan luka-lukanya dengan damai.
"Kami sangat menyesal... Kami turut berduka atas nasib gadis kecil ini, tetapi Anda pasti mengerti, mengadopsi anak bukan sekadar menambah satu piring di meja makan... Ini yang bisa kami berikan. Semoga berhasil."
"Surat? Ahem... Aku tidak ingat pernah menerima surat seperti itu. Lagipula, bukankah dia sudah mendapat tempat di panti asuhan? Itu tempat yang baik untuk anak-anak."
"...Aku dengar keluarga Marino masih memiliki utang yang belum lunas. Kami lebih baik menghindari kemungkinan ada kreditur yang datang mengetuk pintu kami. Mohon pengertiannya."
...
"Jangan sedih, Sister Isabella."
Tiba-tiba, sebuah es krim diulurkan ke hadapanku. Sekelompok Echoes kecil telah muncul tanpa aku sadari, masing-masing membawa es krim dan permen yang seharusnya untuk turis. Mereka mengelilingi kami—atau lebih tepatnya, mengelilingi Phoebe.
"Aku tahu orang dewasa selalu sibuk, seperti Ayah dan Ibu dulu. Mereka selalu pulang larut malam."
Aku menatap kosong pada es krim yang mulai meleleh, terkejut bahwa anak sekecil ini justru mencoba menghiburku.
"Semua akan tetap bersama, kan? Sister Isabella? Acolytes bilang Sentinel selalu bersama kita, menjaga kita agar tidak terpisah."
Dia mengucapkannya dengan keyakinan penuh. Aku hanya bisa menelan gumpalan di tenggorokanku, menahan air mata, lalu menariknya ke dalam pelukan.
"Baiklah... Ayo kita pulang. Pulang ke rumah."
Hujan badai di tengah malam seakan berusaha menguras setiap tetes air yang tersisa di Ragunna. Kilat menyambar langit, menciptakan bayangan bercabang di dinding kamar, tempat seorang gadis kecil meringkuk dalam selimutnya.
Phoebe tak bisa tidur. Setiap kali menutup mata, ia melihat lautan yang mengamuk, mengamati kapal kesepian yang tak akan pernah kembali ke rumah—dan ia tenggelam bersamanya.
Di malam-malam seperti ini, ayahnya biasa menyelipkan liontin bergambar Sentinel di bawah bantalnya, berkata bahwa Divinity akan membimbingnya melewati badai dalam mimpi hingga ke pelabuhan yang aman. Ibunya akan meletakkan buket bunga aster di samping tempat tidurnya dan menceritakan dongeng pengantar tidur. Ia berkata bahwa Sentinel mengirim Divine Envoys untuk melindungi anak-anak pemberani dan baik hati seperti dirinya.
Tapi sekarang, Acolytes hanya akan menepuk kepalanya dan berkata bahwa ia sama saja seperti anak-anak lain. Setiap Rinascitan harus menanggung penderitaan sebelum akhirnya menerima pengampunan dari Sentinel.
Suatu ketika, Phoebe mengintip dari balik bahu seorang Acolyte dan untuk pertama kalinya melihat patung megah Sentinel. Pandangannya langsung tertuju pada ekor ikan raksasa yang berliku-liku, membuatnya merasa panik sesaat. Namun, sentuhan lembut di pundaknya dan doa yang lirih membantu menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Ia dibawa ke sebuah ruangan hangat yang dipenuhi cahaya. Acolytes memperlakukannya dengan baik, tapi ia tahu, mereka mungkin lebih menyukai anak-anak yang tidak membawa masalah.
Phoebe mencoba mengingat lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan ibunya, berharap melodi itu dapat bergema di kepalanya dan menutupi suara badai di luar.
Tapi guntur yang tak henti-hentinya membawanya kembali ke malam itu.
Ia pernah menyelinap ke dalam sebuah kapal dagang, mengintip melalui jendela bundar di ruang kargo untuk melihat cakrawala yang jauh. Ia tak mau lagi menunggu kepulangan orang tuanya—kali ini, ia ingin menjadi pemberani dan mencari mereka sendiri.
Namun laut tak seindah yang diceritakan ibunya.
Langkah-langkah tergesa terdengar di geladak. Suara-suara panik memenuhi udara, hingga akhirnya jeritan memilukan pecah ketika kapal itu mulai terombang-ambing liar di genggaman badai. Kapal mulai tenggelam.
Phoebe berteriak memanggil orang tuanya, tapi suara ombak yang mengamuk seakan berbisik padanya bahwa mereka tak akan pernah kembali.
Air laut yang dingin menelannya, dan dalam pandangan yang semakin redup, ia melihat liontin ayahnya jatuh ke dalam kegelapan lautan.
Ketika membuka mata lagi, ia terbaring di tepi pantai, tubuhnya basah kuyup. Tacet Mark bersinar di kakinya. Acolytes yang menemukannya berkata bahwa tak seorang pun bisa selamat dari lautan seganas itu, apalagi seorang gadis kecil. Mereka percaya bahwa itu adalah berkah dari Sentinel.
Tapi Phoebe mengingat samar bahwa sesuatu telah menyelamatkannya. Sebuah kehadiran yang begitu lembut, seperti angin sepoi-sepoi, mengangkatnya ke permukaan dan membawanya dengan lembut ke pantai, berbisik padanya...
"Jangan takut. Aku di sini."
Sesuatu menariknya dari mimpinya.
Ia merasakan tempat tidurnya sedikit bergeser, seolah sesuatu yang lembut dan empuk telah bersandar di sampingnya. Benda itu membawa aroma hujan dan wangi bunga aster.
Lalu Phoebe melihat sepasang mata kancing dan telinga floppy—itu Echo liar yang ia temui di Whisperwind Haven tadi siang. Ia pernah melepaskannya dari tali layang-layang yang kusut, lalu menamainya Brenno.
Malam itu, Brenno membawanya mengamati awan di perbukitan, menghapus air matanya, dan bahkan membuatkan mahkota bunga untuknya.
"Jangan sedih, Phoebe."
Tubuh Plushie itu terasa hangat dan lembut. Dalam kabut kantuknya, Phoebe merasakan kehadiran yang samar namun familiar. Rasanya seperti angin.
Ia mengubur wajahnya dalam bulu lembut Plushie, dan perlahan tenggelam ke dalam tidur yang damai.
Saat Phoebe terbangun, ia merasakan sisa-sisa kehangatan di sudut matanya.
"Atas berkah Sentinel, satu hari lagi untuk bersinar dan bersyukur!"
Ia melompat dari tempat tidur dan segera merapikan selimutnya. Tempat tidur kecil yang telah menemaninya sejak kecil masih terlihat seakrab dulu. Ia menepuk pipinya beberapa kali untuk mengusir kantuk, lalu langsung bergegas menyelesaikan tugasnya hari itu.
Hari ini, panti asuhan mengadakan perayaan kecil, dan ia telah bergabung dengan Acolyte senior untuk membantu persiapannya. Ini adalah pertama kalinya ia kembali sejak menjadi Acolyte Initiate. Malam sebelumnya, ia berbincang lama dengan saudara-saudaranya. Mungkin itulah sebabnya ia bermimpi tentang masa lalunya.
Semua orang mengatakan bahwa ia terlihat lebih dewasa dan bertanggung jawab sekarang. Ia tak ingin mengecewakan mereka.
Setelah doa pagi, Phoebe mulai menyiapkan perlengkapan untuk perayaan. Kehidupan sebagai Acolyte memang sibuk, tetapi penuh makna. Baginya, mengikuti rencana dan melihatnya berhasil membawa ketenangan tersendiri.
Saat matahari sudah tinggi, ruang makan sederhana diubah menjadi tempat yang penuh warna. Phoebe menyusun teh dan camilan, menyaksikan anak-anak kecil berlari dengan pakaian bersih yang telah disetrika oleh Echoes, langsung menuju pengasuh mereka untuk menerima hadiah yang dibungkus rapi.
Melihat pemandangan yang begitu hangat ini, Phoebe tersenyum lembut.
Ia teringat bagaimana ayahnya selalu membawakan hadiah untuknya saat kembali dari perjalanan bisnis pertama dalam setahun. Ibunya selalu membuat cerita dari hadiah itu—kadang cerita petualangan seru, kadang dongeng sebelum tidur. Hadiah favoritnya adalah boneka kelinci berwarna merah muda. Dalam cerita ibunya, kelinci itu adalah seorang musisi anggun.
Bagian-bagian kelam dari masa lalunya perlahan memudar, menyisakan hanya kenangan-kenangan indah.
Seorang Echo kecil menarik lengan bajunya, dengan bangga menunjukkan balon besar yang baru saja ia buat. Tanpa berpikir, Phoebe mengulurkan tangan untuk mengelus kepalanya.
"Acolyte Initiate Phoebe!"
Sebuah suara tegas membuatnya tersentak. Phoebe buru-buru menarik tangannya, melihat Echo itu melangkah mundur dengan sedikit kesedihan. Tatapan tajam Acolyte senior seakan menembus dirinya.
"Atas berkah Sentinel, ingatlah posisimu."
...Ia masih belum terbiasa dengan peran barunya. Sebagai Acolyte, ia tak bisa memiliki keterikatan dengan Echoes.
Sentinel telah membawanya pada orang-orang baik, memberinya tempat tinggal dan makanan. Dan bersama berkah itu datang pula tanggung jawab baru.
Namun, sebagai Phoebe, ia masih punya waktunya sendiri untuk bertemu dengan teman-temannya.
Tanpa sadar, tangannya meraba liontin yang tergantung di pinggangnya—harta kecilnya sendiri, sebuah mukjizat yang dikembalikan dari dasar lautan oleh teman-temannya.
"Nona Phoebe, balonku tersangkut di pohon dan aku tak bisa mengambilnya. Jimmy bilang kau bisa terbang. Bisakah kau...?"
"Tentu saja!"
Anak kecil yang menarik bajunya menyadarkan Phoebe dari lamunannya. Ia mengesampingkan pikirannya yang kusut dan kembali larut dalam kesibukan perayaan.
Saat matahari mulai terbenam dan langit perlahan berubah warna, Phoebe duduk di bangku, menutup matanya, menikmati semilir angin laut yang lembut.
Sosoknya tampak kecil di bawah cahaya senja. Acolyte senior yang datang mencarinya memperhatikan napasnya yang tenang, menyadari bahwa gadis itu telah tertidur.
Di sekelilingnya, Echoes kecil merayap pelan dan berkumpul di sisinya.
Acolyte senior hanya menghela napas pelan, lalu berbalik, membiarkan gadis itu beristirahat.
"Kali ini... Aku akan pura-pura tidak melihatnya."
Phoebe masih memiliki ingatan samar tentang Carnevale terakhir yang pernah ia hadiri.
Duduk di atas bahu ayahnya, ia menyaksikan Wingrays melayang di langit, sementara pita-pita warna-warni dan kelopak bunga berjatuhan seperti hujan. Udara dipenuhi dengan sorak-sorai yang menggema di seluruh kota. Namun, kenangan masa kecil itu terlalu buram untuk bisa ia genggam sepenuhnya. Kini, setiap kali memikirkan Carnevale, yang terlintas di benaknya hanyalah cahaya lembut dan gema yang jauh.
Namun, satu hal yang tetap ia ingat dengan jelas adalah ekspresi wajah orang tuanya. Tawa mereka datang dari lubuk hati yang terdalam. Dulu, kenangan itu membawa rasa sakit, tetapi kini, ia mulai melihat kilau hangat yang tersimpan di dalamnya.
Dan kini, pemandangan yang sebelumnya hanya ada dalam mimpinya terhampar nyata di depan mata.
Di tengah kerumunan, Phoebe berdiri dan menyaksikan sang pahlawan berambut gelap, diselimuti cahaya keemasan, sementara sebuah mahkota perlahan turun dan bertengger di atas kepalanya.
Jantungnya berdegup lebih kencang. Di antara riuhnya sorak-sorai, pandangannya tanpa sadar terus mengikuti kilauan cahaya emas ke mana pun ia bergerak.
"Itu Laureate!"
"Pujaan bagi Imperator!"
"Sentinel telah mengirimkan mukjizat bagi kita!"
Visinya mulai kabur di tengah tangisan bahagia yang menggema di sekelilingnya.
Siapa yang tak akan tergerak oleh pemandangan yang begitu menyilaukan? Bahkan Divinity pun telah menurunkan mukjizatnya untuk momen ini. Dalam sekejap, Phoebe tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya: bagaimana mungkin Sentinel bisa murka melihat rakyatnya merayakan Carnevale? Bukankah Sentinel mencintai Carnevale, dan kebahagiaan yang dibawanya bagi semua orang?
Bayangan samar yang menyelimuti hatinya sejak kembali dari Atrium of Reflections kembali muncul—tetapi untuk sesaat, semua itu hanyut dalam nyanyian dan tawa yang memenuhi udara.
Namun kali ini, Phoebe tidak membiarkan keraguan itu lenyap begitu saja. Hal-hal yang sebelumnya ia perhatikan tetapi ia abaikan. Pertanyaan-pertanyaan yang sempat muncul, tetapi secara naluriah ia hindari untuk dihadapi. Ia berkedip beberapa kali, menghapus air mata yang menggantung di sudut matanya. Lalu, ia kembali mengarahkan pandangannya ke sosok yang kini dikelilingi oleh kerumunan yang bersorak.
Ia memiliki firasat bahwa orang itu mungkin memiliki jawaban untuk kebingungannya.
Dan suatu hari nanti, ia akan mencari kebenaran di balik keraguan itu.