Changli
Last updated
Last updated
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat Lahir
Huanglong
Afiliasi
Jinzhou
Eternal Blaze
Dasar Evaluasi: [Resonance Assessment 2326-G]
Waktu pasti Awakening Resonator Changli masih belum dapat dipastikan. Laporan menunjukkan bahwa Changli mulai menunjukkan tanda-tanda awal manipulasi api sejak kecil, meskipun sering mengalami kesulitan dalam mengendalikannya. Namun, seiring bertambahnya usia, frekuensi dan kestabilan manifestasi Forte-nya mengalami peningkatan yang signifikan.
Tacet Mark milik Changli terletak di bagian bawah dadanya. Pemeriksaan Post-Awakening menunjukkan adanya perubahan fisik tertentu, termasuk pudarnya warna rambut di ujungnya secara bertahap serta bekas luka bakar berbentuk bulu di lengan kirinya, yang memancarkan cahaya seperti api sesuai dengan Forte-nya.
Resonance Spectrum Pattern Changli mencerminkan karakteristik api, menunjukkan reaksi Syntony yang kuat selama pengujian. Meskipun pemicu pasti Kebangkitannya masih belum diketahui, sejauh ini tidak ada sampel lain dengan kesamaan Resonance Spectrum Pattern melebihi 60%. Forte Changli tampaknya memiliki keselarasan erat dengan burung roh mistis dari folklore Huanglong, kemungkinan besar akibat pengaruh cerita-cerita yang ia dengar sejak kecil tentang makhluk legendaris tersebut.
Changli memiliki kemampuan unik untuk memadatkan api menjadi proyektil berbentuk bulu yang halus. Saat Forte-nya dilepaskan sepenuhnya, ia dapat menciptakan kobaran api dengan suhu ekstrem, mampu melahap area yang luas dalam sekejap. Salah satu tanda paling mencolok ketika Forte-nya aktif adalah munculnya satu bulu api dengan pola menyerupai mata di dahinya, yang ia sebut sebagai "Mind’s Eye".
Analisis sampel uji menunjukkan adanya Kurva Rabelle yang tidak konvergen namun dengan kenaikan stabil. Beberapa fluktuasi sesekali terdeteksi, tetapi masih dalam rentang normal. Oleh karena itu, Changli diidentifikasi sebagai Natural Resonator.
Gelombang Resonansi Changli menunjukkan fluktuasi elips, dengan pola Time Domain yang stabil dan tidak ada anomali dalam bentuk gelombang.
Kritisitas Resonansi: Tinggi
Stabilitas Frekuensi: Sangat tinggi
Risiko Overclocking: Minimal
Meskipun Resonator Changli memiliki riwayat Overclocking terdokumentasi, catatan menunjukkan bahwa:
Maksimum Overclocking yang pernah tercatat: Diabaikan (Negligible)
Berdasarkan laporan Changli, ia mengalami Overclocking saat masih kecil akibat paparan lingkungan berbahaya dalam jangka waktu lama. Hal ini menyebabkan Forte-nya beberapa kali meledak secara tidak terkendali sebagai bentuk pertahanan diri atau perlindungan terhadap orang lain, yang mengakibatkan bekas luka bakar permanen di lengan kirinya.
Namun, seiring dengan meningkatnya kendali atas Forte-nya, fluktuasi frekuensi menjadi stabil, dan luka bakarnya tidak semakin memburuk. Meski begitu, ada kemungkinan kerusakan fisik permanen akibat ledakan Forte yang dapat memperpendek harapan hidupnya.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan fisik rutin, sementara konseling psikologis saat ini tidak diperlukan.
Firmament Weiqi Manual
Sebuah buku panduan weiqi tua, berisi catatan permainan legendaris yang ditinggalkan oleh seorang pengunjung misterius di Gunung Firmament.
Halaman-halamannya telah menguning karena usia, dengan sudut-sudut yang terlipat akibat sering dibaca. Manuskrip ini pernah menemani pemiliknya melewati banyak perjalanan berbahaya dan penuh kesendirian. Kini, buku ini telah dipulihkan dan dijilid ulang, dengan halaman baru yang siap mencatat pertandingan berikutnya.
Sekarang, lawan yang telah lama ia cari akhirnya berdiri di hadapannya. Sebuah pertandingan bersejarah akan terjadi—satu yang akan dikenang dan dipelajari selama berabad-abad. Selama para pemain masih ada, halaman-halaman ini akan terus terisi.
Flame-Soaked Cloth
Kain dengan bahan tak dikenal, lembut saat disentuh dan dikatakan tahan api. Setelah dibersihkan dengan api, kain ini justru menjadi lebih putih dan bersih, seperti salju yang baru turun.
Tanaman yang dulunya digunakan untuk menenun kain ini telah punah selama Lament, membuat setiap helainya menjadi barang yang sangat langka dan berharga.
Setelah Upacara Pengangkatan, Magistrate baru dari Jinzhou memberikan kain ini sebagai hadiah kepada gurunya yang ia hormati.
Blaze Feather
Salah satu dari dua bulu api yang terbentuk dari Forte Changli.
Satu bulu telah diberikan kepada tamu kehormatan di Jinzhou, sementara yang satunya lagi disimpan oleh Changli.
Bulu ini terasa hampir tidak berbobot, seakan bisa terus menyala selamanya. Namun, api ini tidak pernah melukai siapa pun yang menyentuhnya, justru memberikan kehangatan yang menenangkan, mencerminkan kemampuan Changli yang nyaris sempurna dalam mengendalikan Forte-nya.
Seperti jubahnya, bulu ini sepenuhnya terbuat dari api.
Dulu, dalam dongeng yang diceritakan kepada seorang gadis kecil, dikisahkan bahwa phoenix yang lahir dari api akan memberikan bulu ekornya yang paling berharga kepada seseorang yang paling ia sayangi.
Belakangan ini, para pengunjung City Hall jarang melihat Counselor Changli, atau setidaknya itulah yang dikatakan banyak orang.
Meskipun Counselor Changli bukan sosok yang suka tampil di depan umum, ia dikenal oleh semua orang di Jinzhou sebagai orang kepercayaan paling setia dari Magistrate Jinzhou. Namun, banyak rumor aneh dan tidak menentu tentang dirinya.
Dikatakan bahwa ketika masih di ibu kota, Counselor Changli mengusulkan renovasi Shelter Homes di seluruh Huanglong untuk memberikan tempat tinggal yang lebih layak bagi para pengungsi korban Lament. Ia juga memperjuangkan pengurangan pajak dagang di Jinzhou serta alokasi makanan dan dana untuk membantu kota pulih dari dampak Battle Beneath the Crescent.
Dikatakan bahwa begitu tiba di City Hall, Counselor Changli dengan mudah menyingkirkan dua kelompok bandit yang telah lama beroperasi di sekitar Jinzhou. Hanya dengan satu percakapan dan sebuah "jebakan yang jelas", kedua kelompok itu mulai mencurigai satu sama lain hingga akhirnya bertempur sendiri sampai mereka tak lagi menjadi ancaman.
Dikatakan bahwa Counselor Changli bukanlah penasihat yang ditunjuk setelah Sentinel memilih Magistrate Jinzhou, melainkan telah lebih dulu mengajukan diri untuk datang ke Jinzhou, untuk mengajar Jinhsi yang masih muda dan membantunya mengemban kekuasaan yang terlalu berat bagi seorang anak.
"Benarkah? Versi yang aku dengar bilang itu semua dilakukan oleh mantan Sekretaris Jenderal, dan Changli hanya diturunkan ke perbatasan karena menyinggung kekuasaan yang ada, bukan?"
"Dari yang kudengar, dia adalah murid langsung Master Xuanmiao dan direkomendasikan oleh mantan Sekretaris Jenderal. Pidato dan debatnya telah meyakinkan semua pemikir hebat di negeri ini. Mana mungkin dia seorang penjilat?"
"Kalian ini bicara apa? Katanya dia keturunan pertapa agung, dan dia datang ke Jinzhou untuk memastikan keluarganya punya suara di pusat kekuasaan..."
Di tengah semua gosip itu, Changli tetap tak tergoyahkan. Saat melewati orang-orang yang membicarakannya di belakang, tatapannya yang lembut namun tegas langsung membungkam mereka.
Rumor lain yang beredar adalah tentang Magistrate baru Jinzhou, seorang gadis muda yang bahkan belum cukup umur, tetapi telah dipilih oleh Sentinel untuk menduduki posisi berkuasa ini. Beberapa orang berbisik bahwa Changli memiliki terlalu banyak pengaruh dan berencana untuk menggulingkan Magistrate sebelum mengambil alih kekuasaan sendiri.
Namun, setelah Upacara Pengangkatan, Changli menyerahkan kekuasaan kepada Jinhsi dan menjadi Counselor-nya. Dalam waktu tiga tahun, kehidupan di Jinzhou membaik secara signifikan, dan penduduknya bersyukur kepada Magistrate mereka. Tetapi, tak ada yang tahu seberapa besar peran Changli dalam semua itu.
Mereka yang pernah bertemu Changli mengatakan bahwa ia selalu tersenyum lembut, memperlakukan semua orang—baik jenderal maupun prajurit—dengan sikap yang sama. Namun, saat ia sendirian, aura yang mengintimidasi sering kali membuat calon pengunjung ragu untuk mendekatinya.
"Terakhir kali aku bertemu Counselor Changli di Patrol Station, dia tiba-tiba terlihat sangat tertarik dengan pohon di halaman. Aku kira dia punya tugas penting, tapi dia malah menghabiskan sepanjang sore... menonton semut..."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Tiba-tiba seorang buronan datang menyerahkan diri! Awalnya kami curiga kalau ini jebakan. Tapi begitu Counselor Changli muncul, penjahat itu langsung gemetar ketakutan dan mengakui segalanya, bahkan kasus lama yang masih belum terpecahkan. Itu jadi kasus terbesar dalam karierku..."
"Dan Counselor Changli?"
"Dia pergi entah sejak kapan. Kami bahkan tidak menyadarinya... Hmm, dia memang sulit ditebak..."
Sebelum menjadi guru Jinhsi, Changli hanya pernah bertemu dengannya sekali, saat gadis itu masih sangat muda.
Suatu hari di Jinzhou, saat berjalan di dalam City Hall, Changli mendengar suara lantunan dari sebuah ruangan. Seorang gadis kecil duduk di antara tumpukan buku, berusaha memahami teori-teori yang masih terlalu sulit baginya.
"'Siapa yang tidak dapat melihat asal mula keteraturan dan kekacauan, tidak pantas membuat hukum'... Tapi bagaimana aku bisa melihat akar dari semuanya? Bagaimana aku bisa mendapatkan wawasan seperti itu?"
Saat mengucapkan kalimat itu, gadis itu semakin bingung.
Sosok mungil yang bekerja keras itu mengingatkan Changli pada dirinya sendiri di masa lalu, saat ia berusaha keras menyerap sebanyak mungkin pengetahuan, mencoba menjadi orang dewasa sebelum waktunya.
Mengikuti dorongan hatinya, Changli maju dan menjawab kebingungan gadis itu.
"Terima kasih, Nyonya. Anda telah mencerahkan saya,"
ucap gadis itu dengan suara yang masih kekanak-kanakan, mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan sungguh-sungguh.
Setelah ragu sejenak, ia kembali menatap Changli dan bertanya:
"Lalu, bagaimana aku bisa menjadi Magistrate yang baik, dan membawa keteraturan ke kota ini?"
"Kenapa kamu ingin tahu?"
"Penduduk Jinzhou sudah terlalu lama menjadi korban perang. Aku ingin membawa mereka kedamaian dan kemakmuran."
"…Itu bukan tugas yang mudah."
"Benar, tapi aku harus mencoba segalanya yang aku bisa."
"Kedamaian dan kemakmuran"…
Saat Changli menatap mata gadis itu, ia melihat tekad dan kekuatan—seperti kilauan bintang kecil di langit malam.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan membantumu mewujudkan keinginanmu."
Akhirnya, gadis itu benar-benar menjadi Magistrate Jinzhou, dipilih oleh Sentinel. Saat Jinhsi bekerja keras di City Hall, Changli tetap berada di sisinya, selalu siap menjawab pertanyaan dan memberikan nasihat saat dibutuhkan.
Bagi kebanyakan orang, kisah-kisah kepahlawanan terlalu muluk dan tidak penting. Bagi rakyat biasa, kehidupan yang lebih baik hanya berarti makanan hangat dan tidur yang nyenya*.
"Seorang Magistrate tidak boleh terjebak dalam birokrasi, tapi harus turun langsung dan terlibat dengan rakyat,"
peringatan Changli kepada Jinhsi.
"Baik, Guru,"
jawab Jinhsi patuh.
Lewat ritual permohonan tradisional Jinzhou, Jinhsi mulai membangun hubungan yang erat dengan rakyatnya, menciptakan kota yang penuh kehidupan dan empati.
Changli menyaksikan dari kejauhan saat Jinhsi dikelilingi oleh warga yang gembira. Wajah-wajah yang dulu penuh kelelahan kini bersinar dengan kebahagiaan dan rasa syukur.
Sekarang, tidak ada lagi yang meragukan Jinhsi—baik rakyatnya maupun ibu kota.
"Lakukan apa yang kamu inginkan, aku akan mendukungmu,"
kata Changli, menanam benih pengetahuan dan menyalakan jalan bagi Jinhsi.
Api dari obor yang ia nyalakan membakar langit malam, menerangi masa depan gadis muda itu.
Pemilik Yanqing Bookstore, Changqing, baru-baru ini mengalami dua kejadian aneh.
Kejadian pertama berkaitan dengan bisnisnya.
Dengan begitu banyak barang yang berasal dari tanah luas dan kaya Huanglong, tren di Jinzhou selalu berubah-ubah. Baru-baru ini, buku kertas mulai kehilangan popularitas, membuat bisnis toko buku lokal semakin merosot.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, bisnis tiba-tiba meningkat pesat. Toko buku Changqing mendadak kebanjiran pelanggan. Banyak dari mereka terlihat seperti pejabat dari Central Court, jika dilihat dari pakaian yang mereka kenakan.
Saat Changqing yang bingung bertanya kepada mereka, sebagian besar menyebut bahwa "Sekretaris Jenderal" merekomendasikan toko ini.
Sekretaris Jenderal?
Meskipun ia tahu bahwa Sekretaris Jenderal baru telah menjabat, Changqing tak habis pikir—bagaimana mungkin seorang pemilik toko buku biasa seperti dirinya bisa dikaitkan dengan tokoh pemerintahan setinggi itu?
Kejadian kedua berkaitan dengan tampilan luar toko buku Yanqing yang telah lama terbengkalai.
Di bawah tekanan ekonomi, toko ini sudah terlalu lama dibiarkan tak terawat. Bahkan, pemilik toko kelontong di sebelahnya pernah memberi saran:
"Changqing, kau harus memperbaiki gerbang toko itu. Kalau makin rusak, tak ada yang mau datang ke sini!"
"Tenang saja. Meski tokoku tak semewah yang ada di ibu kota, aku punya koleksi teks klasik dan kuno terbaik. Orang-orang pasti akan mengetahuinya!"
Meskipun terlihat percaya diri, Changqing sebenarnya ragu apakah ia bisa merenovasi tokonya sendiri. Ia sempat berpikir untuk menyewa tukang, terutama saat bisnisnya sedang naik daun.
Namun, keesokan harinya, saat ia tiba di toko, ia terkejut melihat tampilan luar toko berubah drastis dalam semalam. Plakat dan gerbang kini bersinar bersih, dengan tulisan "Yanqing Bookstore" terpampang megah. Di atas meja kasir, ada sebuah catatan kecil.
"Sebagai ungkapan terima kasih atas kebaikan pemilik toko, saya telah melakukan sedikit perbaikan sebagai tanda penghargaan."
Tidak ada tanda tangan di surat itu, tetapi pola bulu berwarna vermilion yang terukir di atasnya terasa sangat familiar. Changqing memegang catatan itu, perlahan duduk, lalu tenggelam dalam ingatan masa lalu.
Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, toko buku ini pernah ramai oleh pelanggan yang datang dan pergi.
Suatu hari, seorang gadis kecil berusia sekitar delapan atau sembilan tahun mulai menyelinap masuk dan menghabiskan waktu berjam-jam membaca buku di sana.
Awalnya, Changqing tidak keberatan. Ia tidak masalah jika ada yang membaca tanpa membeli, asalkan tidak merusak buku atau mengganggu bisnisnya. Namun, setelah beberapa hari, penjualan mulai menurun drastis dan pelanggan semakin berkurang, membuatnya khawatir.
"Panas sekali! Udara di sini bikin gerah. Kita pergi ke tempat lain saja!"
Padahal saat itu sudah masuk awal musim gugur, tapi ruangan terasa sangat panas. Changqing menyeka keringat di dahinya dan mulai mencari penyebabnya.
Saat ia menyisir rak-rak buku, ia akhirnya menemukan seorang gadis kecil meringkuk di bawah rak, sepenuhnya tenggelam dalam bacaannya. Di depannya, sebuah api kecil melayang di udara, menghangatkan seluruh ruangan tanpa ia sadari.
Pemandangan itu membuat amarah Changqing meledak.
"Hei, apa yang kau lakukan, bocah?! Kau hampir membakar tokoku!"
Gadis kecil itu tersentak mendengar teriakannya dan segera memadamkan apinya. Mata Changqing terpaku pada buku yang ia genggam erat. Halamannya mulai menguning, seakan akan terbakar kapan saja.
"Kau... kau ini...!"
Gadis itu dengan panik melemparkan bukunya ke lantai, wajahnya yang memerah menunjukkan campuran rasa takut dan bersalah saat ia melihat halaman yang mulai hangus.
"Maaf... tempat ini terlalu gelap... aku hanya ingin membuatnya lebih terang..."
Saat melihat buku kesayangannya rusak, Changqing tidak bisa menahan amarahnya. Ia ingat bagaimana penjualannya semakin menurun belakangan ini. Dengan wajah penuh kemarahan, ia mengambil sapu dari samping rak dan bersiap untuk menghukum anak itu.
Namun, sebelum ia sempat bergerak, gadis itu bergerak lebih cepat. Tubuhnya tampak kecil dan rapuh, tetapi gerakannya sangat lincah.
Saat Changqing berlari mengejarnya keluar dari toko, yang bisa ia lihat hanyalah rambut merah menyala yang menghilang di tengah keramaian pasar. Ia berdiri di gerbang, masih marah sekaligus bingung.
"Jangan pernah muncul di sini lagi!"
Saat itu, pemilik toko kelontong di sebelahnya keluar dan bertanya dengan santai:
"Ada apa? Bukankah itu gadis kecil yang bisa mengendalikan api?"
"Kau mengenalnya? Dia hampir membakar tokoku!"
Hei, dia anak baik, aku tidak bohong. Beberapa hari yang lalu, dia membantuku hanya demi mendapatkan sedikit roti kukus. Kasihan juga, harus berjalan sendirian sejauh ini... Kudengar desanya dihancurkan oleh TD Outbreak, dan tak ada yang selamat. Entah bagaimana dia bisa lolos..."
"Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?"
"Yah, kau tidak pernah bertanya! Tapi sekarang kejadian ini sudah terjadi... dia mungkin tidak akan pernah kembali lagi."
Di kejauhan, gadis kecil itu menghilang di balik gang sempit. Dari balik tembok, terdengar suara tawa anak-anak yang sedang bermain. Changqing menatap buku yang tergeletak di tanah, hatinya dipenuhi perasaan yang tak bisa ia jelaskan.
Bisnis di Yanqing Bookstore akhirnya kembali normal, dengan arus pelanggan yang stabil. Namun, gadis kecil yang dulu selalu membaca diam-diam di antara rak-rak buku tak pernah terlihat lagi.
Yang mengejutkan Changqing, gadis itu kembali seminggu kemudian.
"Ini semua uangku. Aku bersumpah, aku mendapatkannya dengan jujur! Maaf karena membakar bukumu... Hanya di sini aku bisa menemukan buku yang kucari. Tolong, bolehkah aku..."
Gadis itu menggigit bibirnya, tampak ragu saat meletakkan Shell Credits yang ia kumpulkan di meja kasir.
Tubuhnya yang mungil bahkan tidak setinggi meja, hanya bagian atas kepalanya yang terlihat. Dengan berjinjit dan tangan gemetar, ia tetap menatap Changqing dengan mata yang terang dan penuh tekad, tanpa sedikit pun keinginan untuk menghindari tatapannya.
"...Baiklah."
Setelah hari-hari berlalu, amarah Changqing sudah lama menghilang. Ia mengibaskan tangannya dengan malas.
"Bawa kembali uangmu. Jangan ganggu bisnisku."
Gadis itu menunduk dalam-dalam sebelum berbalik pergi, berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa. Namun, setiap beberapa langkah, ia terus berhenti dan menoleh ke belakang.
Changqing menghela napas panjang, menatap pakaian gadis itu yang lusuh dan tubuhnya yang kurus dalam diam.
Ia berdiri, mengambil sebuah lentera, lalu menyerahkannya bersama kunci cadangan toko.
"Ambil ini. Jangan pakai api untuk penerangan lagi. Datanglah membaca saat malam, ketika tidak ada pelanggan."
"..."
"Aku tidak mengizinkanmu membaca gratis. Kau harus membuka toko untukku di pagi hari."
"T-terima kasih, Tuan..."
Saat itulah Changqing pertama kali melihat senyum polos gadis itu—cerah dan penuh kebahagiaan.
Sejak pertemuan itu, gadis kecil tersebut menjadi pelanggan tetap di Changqing Bookstore. Seperti yang telah disepakati, ia hanya datang saat malam, menghabiskan waktu dengan membaca tanpa mengganggu siapa pun.
Di pagi hari, saat Changqing kembali ke toko, ia selalu menemukannya dalam keadaan bersih dan tertata rapi.
Di hari-hari yang lebih dingin, gadis itu mulai datang di siang hari. Meski angin musim dingin bertiup kencang di luar, ruangan tetap terasa hangat dan nyaman.
Sesekali, Changqing melirik buku yang dibacanya—sebagian besar adalah buku sastra dan sejarah. Sikapnya tenang, jauh lebih dewasa dari usianya, hanya berubah hidup saat ia tenggelam dalam cerita-cerita yang ia baca.
Namun, suatu hari... gadis itu menghilang. Desas-desus mulai menyebar—apakah ia ditangkap oleh Tacet Discords? Atau terluka dan tidak pernah berhasil mencapai ibu kota?
Ketika Changqing melihat pola api di surat yang ia terima, secercah harapan muncul di hatinya.
Mungkinkah dia masih hidup?
"Permisi?"
Lamunan Changqing buyar saat suara lembut terdengar dari balik meja kasir.
Di hadapannya, berdiri seorang wanita anggun dengan rambut berwarna api, berayun lembut diterpa angin—seperti bulu burung mistis. Matanya yang teduh membawa ketenangan, dan dengan senyuman hangat, ia meletakkan beberapa Shell Credits di meja.
"Tuan, hanya di sini aku bisa menemukan buku yang kucari. Tolong, bolehkah aku meminjamnya?"
Kini, gadis kecil yang dulu rapuh telah berubah menjadi seorang Sekretaris Jenderal yang percaya diri—tokoh yang menjadi perbincangan seluruh kota.
Saat matahari pagi masuk melalui jendela, menerangi seluruh ruangan dengan sinar keemasan, Changqing hanya bisa tertawa kecil, lalu melambaikan tangannya santai.
"Lanjutkan... Bacalah, meski kau tak membayar. Aku ragu bisa memaksamu lagi sekarang."
Master Xuanmiao telah lama mencari seseorang.
Changli muda menemani gurunya yang sudah lanjut usia dalam perjalanan melintasi berbagai lanskap Huanglong. Awalnya, sang Master enggan untuk membimbing murid lain, tetapi akhirnya ia sepenuh hati mewariskan semua kebijaksanaannya kepada Changli dalam waktu yang terbatas.
Master Xuanmiao adalah seorang pemain Weiqi yang berdedikasi. Dalam perjalanan mereka yang melelahkan, mereka kerap berhenti di pinggir jalan untuk memainkan pertandingan Weiqi yang intens. Namun, bagi sang Master, ini bukan sekadar permainan—melainkan cara untuk mengajarkan strategi, pemikiran taktis, dan dinamika kekuasaan dalam setiap gerakan.
Terkadang, ia akan membahas sebuah permainan Weiqi yang belum selesai dengan Changli, tetapi jawaban-jawaban gadis itu tampaknya tidak pernah sepenuhnya memuaskannya.
Di momen-momen seperti itu, Master Xuanmiao selalu menyebutkan seorang teman lamanya—seseorang yang ingin ia temukan kembali melalui Changli.
Changli yang penasaran sering kali bertanya siapa orang itu dan di mana mereka bisa menemukannya, tetapi sang Master hanya menggeleng dan berkata:
"Waktunya belum tiba."
Pada hari di mana ia merasa ajalnya semakin dekat, Master Xuanmiao menyerahkan catatan permainan Weiqi-nya serta jurnal kesayangannya kepada Changli. Dengan penuh khidmat, ia berkata kepada muridnya yang setia:
"Dalam permainan yang belum selesai ini, kau akan menemukan kebenaran sejati."
Dengan membawa warisan Master Xuanmiao, Changli pun melangkah menuju takdirnya.
"...Seorang makhluk surgawi turun, menguasai kekuatan tak terbatas dari alam semesta, merangkul gema yang pertama..." &#xNAN;"...Sosok misterius dengan mata emas, berdiri di antara awan berputar dan cahaya yang meredup..." &#xNAN;"...Selalu berada di sisi Sentinel Jué, terikat dalam persahabatan yang mendalam..."
Mengikuti catatan dalam jurnal gurunya, Changli terus mencari sosok misterius itu, menemukan jejaknya di tempat-tempat tak terduga.
Kadang-kadang, itu adalah kisah-kisah menakjubkan yang diceritakan oleh para pendongeng tua. Di lain waktu, itu hanyalah potongan-potongan kecil yang tersembunyi dalam arsip kuno.
Seperti penjaga yang diam, sosok ini menjadi jangkar yang kuat dalam badai, menuntun umat manusia melewati kehancuran menuju cakrawala harapan baru.
Jejak yang mereka tinggalkan membentuk benang merah yang nyaris tak terlihat, tetapi tetap kokoh—menjembatani waktu dan sejarah yang jauh melampaui umur manusia biasa.
Dikatakan bahwa*kedatangan orang itu akan menjadi sesuatu yang mustahil untuk dilewatkan. Sosok ini memiliki kekuatan untuk benar-benar mengubah dunia.
Namun, Changli tahu bahwa dunia yang damai dan sejahtera tidak bisa hanya bergantung pada kedatangan seorang penyelamat.
Ia memahami bahwa untuk mewujudkan impiannya, ia harus memiliki kekuatan dan pengaruh besar.
Maka, ia memulai perjalanan panjang, menempuh berbagai negeri, memperdalam ilmunya, menghadapi setiap tantangan tanpa gentar, dan memenuhi ekspektasi yang ditaruh di pundaknya.
Ketika akhirnya ia meraih posisi bergengsi sebagai Sekretaris Jenderal, ia mendapatkan akses ke Grand Libraries yang dihormati.
Di dalam lautan pengetahuan yang tersembunyi di sana, ia menemukan satu petunjuk penting—jejak yang membawanya ke Jinzhou, sebuah kota perbatasan di Huanglong.
Sejak saat itu, segalanya terjadi tepat seperti yang telah diramalkan oleh Sentinel Jué.
Orang yang selama ini ia cari muncul di Jinzhou, melindungi kota dari Threnodian yang bangkit kembali.
Sosok samar dari catatan kuno dan mitos kini menjadi nyata dalam pikirannya—jelas, tegas, dan tak terbantahkan.
Pada hari yang telah ditakdirkan, Changli kembali ke Jinzhou dari Mingting, ibu kota Huanglong.
Hujan turun dengan lembut saat ia tiba di dermaga kapal feri, dan di sana—orang yang selama ini ia cari tengah menunggu, berdiri di tengah rintik hujan dengan ekspresi ragu.
Mengikuti nubuat Jué, Changli percaya bahwa takdir akan mempertemukan mereka pada saat yang tepat.
Dan saat yang telah dinanti itu telah tiba. Menyembunyikan badai emosi di balik matanya, Changli berjalan mendekat dengan langkah tenang.
Dengan payung kertas berhias motif burung roh, ia memiringkannya sedikit untuk melindungi mereka dari hujan.
Tatapan mereka bertemu—sebuah percakapan tanpa kata yang lebih dalam dari sekadar suara. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah nyanyian lembut rintik hujan yang mengetuk payungnya.
Changli tersenyum, lalu dengan suara lembut bertanya:
"Apakah kau terperangkap di sini oleh hujan?"