Aalto
Last updated
Last updated
Jenis Kelamin
Laki-laki
Tempat Lahir
New Federation
Afiliasi
The Black Shores
Mistcloak Strike
Dasar Evaluasi: [Resonance Assessment 1617-G]
Menurut laporan Resonator Aalto, pada hari kelahirannya terjadi kabut tebal yang langka. Tacet Mark miliknya berada di sisi kiri leher. Selain mendapatkan kemampuan untuk berubah menjadi bentuk kabut dalam waktu singkat, tidak ada perubahan fisik signifikan pada tubuhnya setelah Awakening.
Aalto sangat ahli dalam seni kamuflase dan transformasi, sering kali berada dalam keadaan fisik yang sulit ditangkap, menyerupai kabut. Tes lebih lanjut untuk memahami sifat kabut yang diciptakannya tidak memberikan hasil yang konklusif.
Resonance Spectrum Pattern Aalto sesuai dengan pola spektrum kabut yang sudah diketahui. Tes menunjukkan reaksi Syntony yang kuat, mengonfirmasi keterkaitan antara kabut dan Awakening Aalto. Selain itu, analisis sampel uji mengungkap adanya Rabelle’s Curve yang tidak konvergen dengan gelombang periodik yang mencolok, yang mengklasifikasikan Aalto sebagai Congenital Resonator.
Catatan Peneliti
Seperti yang dinyatakan dalam laporan, Resonator ini licik dan ahli dalam menyamarkan diri, sehingga kredibilitas kesaksiannya dipertanyakan.
Catatan untuk catatan peneliti
Sebagai seorang broker yang menjunjung tinggi integritas, saya, Aalto, bersumpah bahwa kesaksian yang saya berikan adalah 100% benar. Tidak lebih, tidak kurang.
Grafik gelombang Resonator Aalto menunjukkan fluktuasi elips yang stabil dalam Time Domain, tanpa pola abnormal. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semua parameter berada dalam batas normal.
Resonant Criticality: Tingkat moderate, dengan stabilitas tinggi, sehingga risiko Overclocking rendah.
Aalto menghilang di tengah pemeriksaan Overclock, sehingga tidak ada catatan riwayat Overclocking yang diperoleh.
Wind Chimes
Sebuah seruling tulang yang tampak biasa, tetapi sebenarnya adalah perekam suara yang telah dimiliki Aalto sejak kecil. Perangkat kecil ini telah mengumpulkan banyak intelijen berharga untuknya.
Intelligence Network
Aalto adalah ahli dalam membangun koneksi dan mengumpulkan informasi. Baginya, setiap orang adalah aset potensial dalam jaringannya, membuat kartu nama menjadi sesuatu yang sangat bernilai. Teman sejati mungkin jarang ia temui, tetapi ia tahu bahwa kunci kesuksesan terletak pada mengenal lebih banyak orang.
Vintage Console
Sebuah konsol game bergaya retro. Meskipun hanya berisi permainan pixel klasik yang sederhana, konsol ini membangkitkan semangat kompetitif antara Aalto dan Encore. Mereka terus berusaha mengalahkan skor tertinggi satu sama lain, tetapi bagi Aalto, kesenangan terbesar adalah melihat rekornya sendiri dikalahkan.
Sebuah kesepakatan buruk. Atau begitulah kelihatannya.
Suatu hari, Aalto dikenal sebagai sumber intelijen tentang harta karun kuno. Dari anak-anak nakal hingga pria tua berusia 60 tahun, banyak yang ingin membeli informasi darinya, tetapi ia menolak setiap tawaran dengan sopan.
"Hei, bocah kecil. Jangan habiskan uang sakumu untuk ini. Ayo, aku antar pulang." "Maaf, kakek. Aku tidak menerima dana pensiun."
Banyak yang mengira tawaran mereka terlalu rendah untuk menarik perhatian Aalto, padahal sebenarnya, ia hanya menunggu pembeli yang tepat.
Kemudian, pada suatu hari, pembeli yang dinantinya akhirnya muncul, mengenakan jubah berlapis-lapis. Dengan harga yang mengejutkan rendah, transaksi pun terjadi.
Beberapa hari kemudian, layar elektronik di kantor polisi New Federation menampilkan berita terbaru: sindikat pencuri yang telah lama dicari akhirnya tertangkap. Kabut menyelimuti ruangan kepala polisi, menutupi layar berita.
"Cukup menonton TV. Saatnya kita menyelesaikan urusan kita."
Sang kepala polisi menggebrak meja dengan sebuah map dokumen, di sampingnya terdapat koper berisi Credits.
"Trik yang cukup lihai tadi. Katakan padaku, Tuan Aalto, bagaimana kau begitu yakin mereka akan terjebak? Menawarkan intel berharga tentang harta legendaris di tempat terbuka, apa kau tidak takut dicurigai?"
"Jangan remehkan para penjudi yang mengincar uang cepat. Mereka akan mempertaruhkan segalanya, bahkan nyawa mereka sendiri. Keuntungan lebih berharga daripada bahaya."
Sang kepala polisi mendorong koper dan map berisi daftar nama yang diminta Aalto.
"Ini pembayaranmu, serta daftar yang kau inginkan. Senang berbisnis denganmu."
"Sama-sama."
Aalto membuka koper, mengambil satu keping Shell Credit, lalu melemparkannya ke udara. Sebelum Credit itu menyentuh tanah, tubuhnya telah berubah menjadi kabut, menghilang tanpa jejak.
Di bawah aturan Aalto, setiap pelanggan baginya adalah setara. Baik pejabat tinggi, bangsawan, rakyat jelata, atau Exile yang dikucilkan masyarakat, semuanya sama. Ia tidak pernah menggolongkan kliennya berdasarkan status atau kekayaan. Prinsipnya selalu teguh: semua pelanggan diperlakukan setara. Namun, selalu ada orang yang mencoba menguji batasnya.
"Aalto, kan? Kau ikut dengan kami."
Aalto menangkap niat buruk dari pendekatan mereka, tetapi tetap memasang senyum ramah seperti biasa.
"Aduh... Maaf, teman. Tapi itu tidak mungkin. Pelanggan ini duluan."
Seorang pria yang tengah berbisnis dengannya tiba-tiba didorong kasar oleh para preman yang menyerbu masuk. Kepanikan pun terjadi di ruangan yang penuh sesak. Dengan tenang, Aalto menolong korbannya keluar, lalu merapikan kursi yang terbalik sebelum dengan santai meletakkan lengannya di bahu salah satu preman.
"Dengar, kawanku, setiap hal ada aturannya. Lihat ini, aturan yang sudah kutetapkan: ‘Siapa cepat, dia dapat. Tidak boleh dorong-dorongan.’ Jadi, bagaimana denganmu yang melanggar dua aturan sekaligus?"
Preman itu menepis tangannya.
"Kalau bos kami ingin menemui seseorang, dia akan menemui orang itu. Itu aturan kami."
Saat kata-kata preman itu berakhir, kabut pekat menyelimuti ruangan, menciptakan kekacauan hingga mereka saling serang dalam kepanikan.
"Ups, maaf. Aku lupa menyebutkan satu aturan lagi: ‘Tidak boleh mengganggu transaksi.’ Beri tahu bosmu agar tidak melanggar aturan lagi. Bisnis tak bisa berjalan tanpanya."
Para preman melarikan diri, sementara Aalto kembali memasang senyuman ramah.
"Baiklah! Mari kita lanjutkan. Apa yang ingin Anda tanyakan tadi, Tuan?"
Mereka menyebut diri mereka duo yang sempurna.
Setiap kali nama Aalto sang broker informasi disebut, orang-orang pasti langsung teringat pada seorang gadis kecil dengan dua kuncir merah muda. Mereka hampir tak terpisahkan, dan di mana pun mereka muncul, selalu ada keramaian yang menyertai.
Di luar sebuah bangunan dengan penjagaan ketat, seorang pria berkacamata hitam bersandar santai di dinding. Sementara itu, gadis kecil di sebelahnya membentuk tangan seperti teropong dan mulai mengintai area sekitar.
"Lihat targetnya? Yang kita cari?" "Yup! Target terkunci. Encore bisa beresin ini dalam sekejap, asal Aalto nggak bikin lambat"
"Duh, Encore, hatiku sakit dengarnya. Rencanaku ini sudah sempurna—"
Sebelum Aalto bisa menyelesaikan kalimatnya, Encore sudah melesat pergi bersama Cloudy dan Cosmos, meninggalkan ucapannya menggantung di udara.Dari kejauhan, Aalto bisa melihat Encore sedang berbicara dengan penjaga, tangannya bergerak ke sana kemari, kadang-kadang menunjuk ke arahnya.
Begitu Aalto sampai di sana, penjaga itu langsung memberinya jalan dan menepuk bahunya dengan simpati.
"Bro, pasti berat ya ngebesarin anak sendirian selama ini."
Tanpa sepatah kata, Aalto hanya mengangguk setuju, menikmati momen solidaritas itu. Ia membawa Encore masuk ke dalam tanpa ada kendala.
"Kenapa orang-orang selalu percaya cerita kamu, Aalto? Padahal jelas-jelas bohong!"
"Kamu nggak ngerti, Encore. Ceritaku itu dibuat khusus sesuai situasi."
"Maksudnya?"
"Penjaga tadi seorang ayah tunggal. Dia pasti relate banget sama kisah mengharukan yang kamu ceritain. Tapi tetap aja, semua cerita kamu itu palsu!”
Cloudy dan Cosmos langsung melompat ke pundak Encore, bernyanyi serempak, “Baa, baa, baa.”
“Lihat tuh! Woolies juga bilang cerita kamu bohong!” “Yah, bohong atau nggak, yang penting kita bisa masuk tanpa masalah, kan?”
Aalto tersenyum, lalu menatap Encore dengan tatapan serius.
“Oke, sekarang waktunya aksi yang sesungguhnya. Tunjukkan yang terbaik darimu.” “Waktunya Woolies Adventure! Ayo kita mulai!”
Layanan Gratis. Sebuah layanan tanpa biaya. Setidaknya, begitulah cara Encore melihatnya.
Aalto dikenal sebagai broker yang berorientasi pada keuntungan. Bayar dengan jumlah yang cukup, dan dia akan dengan senang hati memberikan informasi apa pun. Karena itu, para calon pelanggannya selalu datang dengan uang dalam jumlah besar.
Namun, pembayaran yang diinginkannya kadang tak terduga dan aneh—mulai dari mutiara hitam, awan di langit, hingga sebuah musik.
Beberapa orang mungkin marah karena permintaan yang terdengar konyol, tapi Aalto hanya akan mengantarkan mereka ke pintu keluar dengan senyum sopan.
"Pelanggan terhormat, pernah dengar pepatah ‘keramahan membawa rezeki’? Kamu harus lebih menjaga kata-katamu. Lagipula, ini bisnis, bukan amal. Kalau kamu tidak ingin repot membayar, sayangnya kita harus berbisnis di lain waktu."
Pernah suatu kali, seorang anak laki-laki lusuh mondar-mandir di depan pintu Aalto selama beberapa hari.
"Hei, bocah kecil, kenapa cemberut begitu? Aku tebak… kamu kehilangan anjingmu?"
"Wow! Kamu memang tahu segalanya! Jadi, kamu tahu ke mana Pebbles pergi?" "Dengar, tidak ada yang namanya makan siang gratis. Kalau kamu mau bantuanku, kamu harus membayarnya."
Bocah itu menggeleng, kecewa. Bocah itu menggeleng, kecewa.
"Tapi aku tidak punya apa-apa." "Yah, itu sayang sekali… Hmm, bagaimana kalau kamu membayarku setelah aku menemukan Pebbles untukmu?"
Kabut Aalto menyebar ke setiap sudut. Akhirnya, dia menemukan anak anjing itu di luar kota dan mengembalikannya dengan selamat.
Di bawah bintang-bintang yang berkelip, anak anjing itu berlari ke arah bocah itu, mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira.
Saat cerita hari itu berakhir, Encore tak bisa menahan diri untuk bertanya,
"Aku tidak tahu kalau kamu mau membantu orang tanpa bayaran!"
Aalto tersenyum, dengan santai memutar-mutar sebuah kelereng kecil di tangannya. Di permukaannya, terdapat ukiran wajah tersenyum yang kasar, mengingatkannya pada hasil kerajinan seorang anak kecil.
"Selamat datang di Black Shores! Mau mulai dengan menyirami bunga, atau menyelamatkan umat manusia?"
Black Shores terletak di sebuah pulau terpencil. Selain musim hujan, arus laut, dan kupu-kupu, satu-satunya yang mengunjungi pulau ini hanyalah pasang dan surutnya air laut. Wilayah tak berpenghuni ini bahkan tak tercantum di peta mana pun.
Organisasi rahasia ini berdedikasi pada tujuan mulia: menyelamatkan dunia—sesuatu yang biasanya hanya ditemukan dalam kisah dongeng.
Tak heran jika banyak orang sulit percaya bahwa Aalto, sosok yang terlihat tak serius dan penuh teka-teki, ternyata terhubung dengan kelompok misterius ini.
Untuk benar-benar memahami Aalto, seseorang harus bisa melihat lebih dalam dari sikapnya yang penuh teka-teki, dan menemukan hati yang tulus serta teguh di dalamnya.
Dia tahu betul bahwa kabutnya sendiri tak akan pernah bisa menyembunyikan luka abadi yang ditinggalkan oleh Lament di planet ini.
Itulah mengapa dia langsung setuju untuk bekerja sama dengan Black Shores dalam jangka panjang begitu menginjakkan kaki di pulau itu atas undangan mereka.
Hingga kini, dia telah memberikan segudang informasi kepada Black Shores serta membantu mereka merekrut kandidat terpercaya untuk memperkuat Think Tank mereka.
Dia akan terus membantu Black Shores menyusun rencana mereka… sampai orang itu kembali.