Jianxin
Last updated
Last updated
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat Lahir
Huanglong
Afiliasi
Jinzhou
Cleansing Reflections
Dasar Evaluasi: [Resonance Assessment 1541-G] Resonator Jianxin mengalami Awakening 3 tahun yang lalu. Awakening ini tidak dipicu oleh kejadian tertentu, sehingga dikategorikan sebagai Natural Awakening.
Tacet Mark milik Jianxin terletak di bahu kirinya. Setelah Awakening, tidak ditemukan perubahan fisik yang signifikan.
Forte milik Jianxin memungkinkannya memperkuat serangan dengan mengendalikan aliran udara dan menciptakan force field. Hasil evaluasi mencatat kecepatan serangannya mencapai 340 meter per detik. Namun, detail mengenai force field yang diciptakannya masih belum dapat disimpulkan. Secara keseluruhan, Forte Jianxin menunjukkan potensi untuk berkembang lebih jauh.
Polanya dalam Resonance Spectrum menunjukkan kemiripan sebesar 5% dengan lebih dari 10 objek, tetapi tidak ada kesamaan yang mencapai 20% atau lebih. Oleh karena itu, sumber Awakening-nya belum dapat ditentukan.
Analisis sampel uji menunjukkan pola Rabelle’s Curve yang tidak konvergen dengan kenaikan yang stabil. Terdapat beberapa fluktuasi kecil yang masih berada dalam batas normal. Dengan demikian, Jianxin diklasifikasikan sebagai Natural Resonator.
waveform graph milik Jianxin menunjukkan Time Domain yang stabil, sesuai dengan pola fluktuasi standar. Tidak ada parameter abnormal yang terdeteksi dalam sampel uji.
Resonant Criticality: Tinggi
Frekuensi Resonator Jianxin menunjukkan stabilitas yang tinggi, dengan risiko Overclocking yang sangat rendah.
Tidak ada riwayat Overclocking yang terdokumentasi. Pemeriksaan dan konseling rutin tidak diperlukan.
Mirrors of Clarity
Saat masih kecil, Jianxin menerima cenderamata berharga dari gurunya—sebuah set cermin kecil dengan beberapa bagian yang hilang. Selama pelatihannya, ia sering menggunakannya untuk merenungkan perkembangan dirinya, memahami bahwa pertumbuhan dalam seni bela diri membutuhkan kesabaran dan dedikasi. Ketika ia kembali ke sekte, sang guru dengan hati-hati mengganti bagian cermin yang hilang. Saat itulah Jianxin melihat bayangannya dalam cermin yang utuh—sebuah simbol dari semua ajaran dan perjalanan yang telah ia lalui.
Coupon Clip
Jianxin pertama kali belajar mengumpulkan kupon saat ia turun gunung bersama gurunya untuk hidup di kota. Baginya, ini bukan hanya cara unik untuk bertahan hidup, tetapi juga simbol dari kebaikan orang-orang di sekitarnya.
"Makanan eksklusif... GRATIS!"
Jianxin tidak memahami bagaimana seorang pedagang menggunakan ukuran font untuk menciptakan daya tarik visual, apalagi daftar panjang syarat dan ketentuan yang menyertainya.
VintVelvet Grass
Tanaman ini berdiri tegak dan kuat, seolah masih bergoyang tertiup angin pegunungan. Melihatnya saja sudah memberikan sensasi menyegarkan, seakan berdiri di puncak tertinggi.
Spesies ini hampir punah, hanya tersisa dalam deskripsi singkat Jianxin. Meskipun telah dilakukan investigasi mendalam, Academy masih belum dapat menentukan lokasi di mana ia menemukannya. Yang pasti, tanaman langka ini pernah ada dalam genggamannya. Beberapa orang percaya bahwa tanaman ini memiliki kekuatan mistis, sementara yang lain melihatnya sebagai simbol ketahanan dan kelangsungan hidup.
Gadis itu hidup di pegunungan. Tidur di bawah langit, bersandar pada bumi, berteman dengan bukit hijau, dan bermain bersama hewan-hewan liar. Lincah dan bebas, ia berlari melintasi padang rumput bersama teman-temannya dari dunia hewan.
Suatu hari, saat Shiling menjelajah hutan, suara aneh menarik perhatiannya. Saat ia menoleh, matanya menangkap sosok seorang anak kecil di antara dahan pohon—sepasang mata jernih dengan tatapan polos.
Sebuah jiwa yang begitu murni, tak tersentuh oleh keburukan dunia.
Shiling, yang terpikat oleh tatapannya, perlahan mendekat. Namun, gadis itu justru naik lebih tinggi, waspada terhadap kehadirannya.
Shiling melihat tubuhnya yang kurus dan pakaian lusuhnya. Dengan lembut, ia mengeluarkan sepotong roti pipih dan menyodorkannya. Gadis itu dengan sigap meraihnya, melindunginya dengan tubuhnya seperti binatang liar yang takut kehilangan makanannya. Sikapnya begitu liar, seakan telah melupakan caranya menjadi manusia. Tanpa berkata apa-apa, Shiling meletakkan sepotong roti lainnya di sampingnya.
"Haruskah aku membawa anak ini bersamaku dan menjadikannya muridku?"
Shiling duduk bersila di samping gadis itu, berpikir sambil memperhatikannya makan.
"Tapi dana kami terbatas... Mungkin akan sulit menghidupi satu orang lagi."
Akhirnya, ia memutuskan untuk membiarkan gadis itu memilih jalannya sendiri.
"Hei, Nak, kau lihat jalan di depan itu? Itu satu-satunya jalan menuju puncak gunung, tempat sekteku berada. Dulu, pendiri kami mengorbankan segalanya untuk membuka jalan itu. Jika kau bisa mengejarku dan sampai ke puncak sebelum matahari terbenam, aku akan menjadikanmu muridku. Bagaimana?"
Gadis itu tidak bereaksi. Ia hanya terus makan, berkedip tanpa menunjukkan bahwa ia mengerti ucapan Shiling.
Shiling pun berdiri dan mulai mendaki. Sesekali ia menoleh ke belakang, berharap gadis itu berubah pikiran. Namun, gadis itu tetap duduk di tempatnya, sibuk menghabiskan makanannya. Kecewa, Shiling pun melanjutkan perjalanan menuju sektenya. Namun, ketika ia hampir sampai, ia mendengar suara tawa samar dari arah gerbang aula. Saat ia mendekat, ia melihat murid-muridnya berkumpul, menawari air kepada gadis yang tadi ia tinggalkan.
"Guru, kau sudah kembali! Lihat, anak ini naik gunung sendirian!"
"A-Apa? Sejak kapan dia sampai di sini?"
"Aku tidak tahu. Aku sudah di sini cukup lama, dan dia sudah ada di sini sebelum aku datang."
Tanpa berkata apa-apa, Shiling mengulurkan tangannya. Gadis itu tetap diam, tidak memahami maksudnya. Shiling meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Dengan tenang, ia menuntunnya masuk ke aula.
Gadis itu tahu tujuan hidupnya: menyempurnakan satu gerakan dalam satu waktu. Yang ia inginkan hanyalah menguasai seni bela diri—sebuah pencapaian yang membutuhkan fokus dan dedikasi yang luar biasa. Tingkat konsentrasi yang sulit dicapai oleh kebanyakan orang, tetapi baginya, itu adalah tujuan utama.
"Guru Deqing, ada kesalahan lain dalam gerakanku?"
"Tiga. Aku akan menunjukkan sekali lagi. Perhatikan baik-baik. Kamu tidak perlu menghafalnya sekarang, yang penting kamu bisa melakukannya dengan benar pada akhirnya."
"Jianxin, sudah larut. Latihan lagi besok."
"Aku akan pulang setelah menyelesaikan ini! Guru sebaiknya beristirahat dulu!"
Di tanah latihan yang semakin gelap, gadis itu mengulang gerakannya tanpa lelah. Dari yang awalnya hati-hati hingga semakin cepat, ia berlatih hingga gerakan itu menjadi bagian dari dirinya.
Hati Jianxin yang murni membimbing pilihannya, bebas dari rasa takut dan kelemahan. Pikirannya sederhana, tetapi keyakinannya tak tergoyahkan.
"Jianxin, dia terlalu kuat. Ayo pergi. Biarkan saja dia mengambil persediaan itu."
Namun, Jianxin bersiap untuk bertarung.
"Aku tidak akan pergi. Aku tahu kita kalah kuat, tapi aku ingin mencoba."
"Apa? Mencoba? Ini bukan lelucon! Kita harus pergi!"
"Aku akan mencoba mengambil kembali barang-barang kita tanpa terluka."
"Tunggu! Hah... Dia lagi, dia lagi..."
Suatu hari, dalam perjalanan naik gunung untuk mengumpulkan bambu, Jianxin bertemu dengan seorang Taoist di Jembatan Qingyang. Ia tidak mengenal orang itu atau tahu dari mana asalnya. Namun, Rongfu, sang Taoist, langsung berhenti begitu melihat Jianxin.
"Kamu memang punya potensi, tapi kamu belum menjadi manusia,"
katanya.
"Apa maksudnya? Aku ini manusia,"
Jianxin membantah.
"Menjadi manusia berarti tahu bagaimana mencintai, tapi kamu tidak mencintai," Rongfu menatap matanya, "Kamu begitu murni, tapi hatimu masih kosong."
"Aku tahu bagaimana mencintai. Aku menghormati para Master, mengikuti etika, dan menghargai para sesepuh di sekteku. Aku selalu berusaha membantu mereka."
"Saat aku bicara soal cinta, maksudku adalah menolong mereka yang membutuhkan dan peduli pada orang-orang yang menderita di dunia ini"
jelas Rongfu.
"Master Shiling juga pernah mengatakan hal serupa. Tapi apa manfaatnya?"
Jianxin**** bertanya.
"Para sage terbaik mendapatkan pencerahan di medan perang, para sage biasa mendapatkannya di tengah hiruk pikuk kota, dan para sage terburuk mencarinya dalam pengasingan. Tao tidak bisa dicapai hanya dengan menyendiri atau bermeditasi. Justru dengan berinteraksi dengan orang lain, seseorang bisa mencapai kebebasan spiritual dan peningkatan fisik. Mengejar keuntungan pribadi tanpa perenungan adalah jalan yang salah dalam mencari Tao. Sebaliknya, pahami jalanmu sendiri dan berusahalah mencapai kesempurnaan dalam segala aspek kehidupan."
"Lalu, bagaimana aku bisa belajar mencintai?"
Jianxin bertanya.
"Kamu belum pernah meninggalkan gunung ini, bukan?"
tanya Rongfu.
"Belum,"
jawab Jianxin.
"Mungkin sebelumnya belum waktunya bagimu untuk pergi. Tapi sekarang, saatnya telah tiba. Bagaimana kamu bisa benar-benar memahami Tao tanpa pernah mengalami dunia luar?"
Rongfu duduk di samping Jianxin, dan mereka berbincang lama di jembatan tentang arti mencintai sesama.
"Master Rongfu, lama tidak bertemu!"
"Jianxin, karena kita bertemu lagi, bagaimana kalau ikut denganku untuk membantu orang-orang yang membutuhkan?"
"Tentu saja!"
Mendengar ucapan terima kasih yang tulus dan merasakan genggaman tangan orang-orang asing yang hangat, Jianxin tahu bahwa tindakannya telah membawa perubahan kecil. Senyum menghiasi wajahnya, menghapus kebingungan yang sebelumnya ada dalam hatinya.
"Ini terakhir kalinya aku mentraktirmu, Jianxin. Mulai sekarang, kamu harus menghidupi dirimu sendiri dan mencari uang untuk makan."
"Tapi Master, aku tidak tahu cara membaca garis tangan atau meramal keberuntungan."
"Kamu tidak harus cari uang dengan cara yang biasa dilakukan para Taoist! Kamu bisa melakukan apa saja. Kamu belajar dengan cepat, itu kelebihanmu."
Jianxin pun berkelana, bekerja keras, dan menggunakan penghasilannya untuk menghidupi diri serta membantu orang lain. Ia menerima pekerjaan apa pun, sekecil apa pun, dengan penuh ketekunan dan kegigihan, membangun reputasi baik di sepanjang perjalanannya.
"Hei Jianxin, pelanggan di toko ini jadi jauh lebih ramai sejak kamu datang! Ngomong-ngomong, bolehkah kamu membagikan resep makanan yang kamu buat? Pelanggan sangat menyukainya, kita bisa menjadikannya menu andalan. Ini gajimu bulan ini, teruslah bekerja dengan baik!"
"Tentu! Aku akan menuliskannya untukmu."
"Sejak kamu mulai bekerja di sini, toko ini jadi jauh lebih bersih. Kamu luar biasa! Kami sangat beruntung memilikimu di sini."
"Aku pakai beberapa trik bersih-bersih yang kupelajari dari pekerjaanku sebelumnya. Mau aku tuliskan juga?"
"Oh iya, kamu tahu tidak? Pelanggan terakhir tadi membayar dengan sesuatu yang katanya merupakan penemuan baru dari Akademi. Sebuah kartu perak!"
"Kartu? Apa maksudnya? Bagaimana dia membayar?"
"Dia hanya menempelkan kartu ini di sini, lalu—boom! Pembayaran langsung berhasil."
"Tunggu... Itu tidak masuk akal. Dia hanya menipumu supaya bisa makan gratis."
"Apa?! Jadi itu bukan penemuan baru... Aku akan mengejarnya dan mengambil uangnya kembali."
"Hati-hati, jangan terlalu keras padanya! Tidak sebanding dengan makanan di sini!"
"Tenang saja, aku tidak akan berlebihan. Jangan khawatir!"
Tekad Jianxin untuk mencapai kesempurnaan dalam martial arts terus mendorongnya untuk berkembang. Namun, mendorong batas tubuh dan pikiran adalah tantangan yang berat. Pencerahan adalah perjalanan yang harus dilalui sendiri. Jawaban tidak bisa diberikan oleh orang lain—hanya bisa ditemukan dengan usaha dan pemahaman diri sendiri.
"Dengarkan hatimu dan tempa jalanmu sendiri. Pelajaran hidup bukan hanya kebetulan. Gunakan pengalaman itu sebagai kekuatan dan biarkan jiwamu tumbuh dengan kebijaksanaan."
Dengan bimbingan Shiling, Jianxin mulai lebih mendalami pengembangan diri secara spiritual dan melepaskan pencapaiannya di masa lalu. Prinsip alami Taoism mengajarkannya untuk menghargai dan mencintai dunia di sekitarnya, memanfaatkan emosi orang lain sebagai sumber kekuatannya. Dalam kondisi fokus yang mendalam, ia mengandalkan teknik martial arts yang sederhana untuk menyatu dengan dunia. Itu hampir seperti keadaan setengah gila, tetapi justru membawa kesatuan dan harmoni. Tinju dan telapak tangannya seakan menggenggam dunia serta egonya sendiri, menyatu menjadi satu. Setiap pukulan membawa kasih sayang dan kebajikan, diulang hingga tiga ribu kali. Pikiran yang penuh gejolak akhirnya menjadi kekuatan spiritual yang lebih kuat.
Ia tetap berdiri di tempat yang sama, mengasah teknik dasar sebanyak tiga ribu kali, tidak peduli musim berganti. Duduk di atas rumput, ia menyatu dengan alam. Bernapas selaras dengan angin, merasakan kehidupan yang mengalir dalam pepohonan di sekitarnya, ia memasuki keadaan simbiosis. Pikiran, tubuh, dan lingkungan menyatu dalam aliran alami, menumbuhkan kedamaian dalam dirinya.
Saat pikiran tenang, kekuatan menjadi lembut. Saat kekuatan lembut, esensi menjadi kokoh. Saat esensi kokoh, semangat menjadi tak terbendung.
Kini, latihan martial arts Jianxin telah melampaui batas fisik, didorong oleh kekuatan batin yang tidak dapat digoyahkan oleh pengaruh luar. Dalam dunianya, setiap gerakan terfokus dan penuh intensitas, mencerminkan harmoni dengan alam. Pukulannya bergerak dengan kecepatan yang tak terlihat, memanfaatkan kekuatan angin dengan kelembutan yang luar biasa. Dengan kelembutannya, ia mampu menghadapi segala rintangan dengan cinta dan rasa hormat terhadap dunia di sekitarnya.