Baizhi

Baizhi adalah seorang peneliti di bidang Remnant Ecoacoustics. Dulu, ada sebuah harapan yang tak pernah terwujud—sebuah keinginan yang nyaris tak berarti, infinitely close to zero. Namun kini, keinginan itu telah mengambil wujud nyata. Makhluk Remnant You’tan bukan hanya pendamping setianya, tetapi juga sumber kekuatan penyembuhannya—dan fokus penelitiannya seumur hidup.

🔍 Informasi

Tanggal Lahir
10 September

Jenis Kelamin

Perempuan

Tempat Lahir

Huanglong

Afiliasi

Jinzhou

📋 Forte Examination Report

Resonance Power

Healing You'tan

Resonance Evaluation Report

Dasar Evaluasi: [Resonance Assessment 2190-G]

Resonator Baizhi mengalami Awakening empat tahun lalu, setelah terpapar sumber Energi Remnant yang kuat satu tahun sebelumnya. Paparan ini mengaktifkan frekuensi Remnant yang bersesuaian dalam dirinya. Berdasarkan kesaksiannya, Baizhi merasakan dorongan kuat untuk menghidupkan kembali seorang rekan tim selama Awakening-nya. Akibatnya, frekuensi tersebut termanifestasi dalam bentuk Makhluk Remnant, yang kini menjadi pendampingnya.

Tacet Mark Baizhi terletak di bagian depan paha kanannya. Tidak ada perubahan fisik signifikan yang diamati setelah Awakening.

Namun, saat menggunakan Forte, Tacet Mark miliknya memancarkan cahaya putih samar seiring dengan kemunculan Makhluk Remnant tersebut. Makhluk ini berwarna putih transparan dan menyerupai kelopak bunga Epiphyllum. Ia tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa manusia, tetapi dapat berinteraksi dengan Baizhi melalui telepati.

Baizhi tidak dapat menggunakan Forte-nya secara langsung, tetapi ia dapat memanfaatkan suhu yang sangat rendah serta kemampuan penyembuhan Makhluk Remnant-nya untuk mengobati luka di sekitarnya.

Pola Spektrum Resonansi Baizhi tidak menyerupai frekuensi yang telah dikenal. Namun, pola ini menunjukkan tingkat kesamaan tertentu dengan fluktuasi Energi Remnant serta memiliki Syntony Response yang kuat dengan You'tan, Makhluk Remnant miliknya. Meskipun terdapat keterkaitan ini, penyebab Awakening Baizhi tetap tidak dapat dijelaskan tanpa bukti teoretis yang memadai.

Analisis sampel uji menunjukkan pola Kurva Rabelle yang tidak konvergen, dengan peningkatan bertahap yang diikuti oleh lonjakan tajam pada bagian tengahnya. Oleh karena itu, Baizhi diklasifikasikan sebagai Mutant Resonator dengan Dormant Period.

Overclock Diagnostic Report

Grafik gelombang Baizhi menunjukkan fluktuasi elips dengan Time Domain yang stabil. Tidak ditemukan parameter abnormal dalam sampel uji.

  • Resonant Criticality: Tinggi. Frekuensi Baizhi menunjukkan stabilitas tinggi dengan risiko Overclocking yang saat ini tidak terdeteksi.

  • Baizhi tidak memiliki riwayat Overclocking, sehingga sesi konseling tidak diperlukan.

  • Karena ikatan yang kuat antara Baizhi dan You'tan, pemeriksaan rutin terhadap kondisi Makhluk Remnant-nya direkomendasikan untuk mengantisipasi potensi risiko laten.

📦 Cherished Items

Simplistic Rings

Baizhi telah menyimpan sepasang cincin ini sejak masa studinya di Huaxu Academy. Cincin ini identik dalam bentuk dan gaya, hanya memiliki sedikit perbedaan akibat pemakaian.

Asal-usulnya masih menjadi misteri—beberapa mengatakan bahwa cincin ini adalah peninggalan anggota keluarga yang telah tiada, sementara yang lain berpendapat bahwa cincin ini adalah perangkat teknologi Remnant yang dibuat oleh Baizhi dan timnya untuk memperkuat ikatan dengan You'tan.

Tak seorang pun benar-benar tahu alasan Baizhi begitu menghargai cincin yang tampak sederhana ini, dan dia pun tidak pernah menjelaskannya. Hanya Baizhi yang memahami makna sejatinya—cincin ini adalah perwujudan dari upaya timnya di masa lalu, sekaligus pengingat pahit tentang rekan-rekan serta mentor yang telah berkorban di dataran es yang membeku.

Cincin ini adalah simbol ajaran dan harapan mereka untuknya, yang terus mendorongnya melanjutkan penelitian di bidang Remnant Ecoacoustics.

Miniature You'tan

Baizhi secara teliti mempelajari pola perilaku You'tan dan mencatat data secara mendetail. Namun, banyak misteri masih menyelimuti Makhluk Remnant ini:

  • Apa komposisinya?

  • Bagaimana ia bisa ada?

  • Apakah ada makhluk serupa lainnya?

Terinspirasi oleh ucapan rekannya, Baizhi memulai proyek pemodelan untuk merekonstruksi You'tan. Hasilnya adalah model kompleks yang terdiri dari 205 komponen. Konon, Baizhi bisa merakitnya dengan sempurna bahkan dengan mata tertutup.

Meskipun tidak sekompleks You'tan yang asli, model ini adalah analisis terperinci serta upaya ambisius untuk mereplikasi makhluk tersebut, dari frekuensi hingga bentuk fisik.

Medal of Honor

Pejabat Huanglong menganugerahkan Medali Kehormatan ini kepada seluruh tim atas kontribusi mereka dalam penelitian Remnant Ecoacoustics serta semangat riset yang tak gentar. Sebagai satu-satunya yang selamat dari timnya, Baizhi menerima medali ini atas nama mereka dan menyimpannya hingga kini.

Medali ini adalah kenangan sekaligus kehormatan.

Masih banyak wilayah tak terjamah dalam ilmu pengetahuan yang menanti para penjelajah untuk memasuki dan menyuarakan temuan mereka. Manusia akan menanggapi suara mereka dengan baik, itulah makna sejati dari penelitian mereka tentang Remnant.

📜 Story

Principle of Simplicity

Ketika menyebut nama Baizhi, rekan-rekannya di Akademi sering berkomentar bahwa ia tampak dingin dan sulit didekati.

Meskipun bekerja di departemen yang sama, jarang sekali mereka melihatnya terlibat dalam obrolan santai atau berbagi keluhan maupun tawa bersama. Sebaliknya, mereka lebih sering menemukannya diam dan tekun, tenggelam dalam lautan data dan analisis yang ia lakukan dengan ketelitian luar biasa. Aura ketenangannya yang dingin dan terkendali seakan menciptakan jarak yang sulit dijangkau oleh orang lain.

Keberadaannya membawa ketenangan yang sunyi, seolah memisahkannya dari hiruk-pikuk di sekelilingnya. Hal ini mencerminkan fokus tajam dan disiplin diri yang ia terapkan dalam setiap aspek penelitiannya.

Jadwal Baizhi terencana dengan sangat rapi:

  • Senin dan Rabu untuk memantau Sonoro Sphere buatan.

  • Jumat dikhususkan untuk menganalisis frekuensi Remnant.

  • Sisa waktunya dihabiskan untuk riset lapangan, mengamati biologi Remnant, dan mengintegrasikan berbagai temuan.

Ia menyesuaikan rencananya dengan presisi dan tujuan yang jelas, bergerak maju tanpa menyisakan ruang untuk keraguan.

Baizhi tetap tenang dan mandiri, tak tergoyahkan oleh pekerjaan yang belum selesai atau permasalahan rumit. Ia mempelajari segala sesuatu dengan tekun hingga mampu memahaminya dengan mudah. Namun, ketenangan ini justru membuat orang lain semakin sulit mendekatinya.

Dengan ekspresi dingin dan nada bicara datar, ia tanpa sadar menciptakan kesan menjaga jarak, membuat orang-orang membayangkan diri mereka sedang didorong menjauh.

"Laporanmu untuk minggu lalu tidak diserahkan sebelum tenggat waktu yang ditentukan."

"Ah... Ya... Aku, eh... Sampel Remnant aslinya terkontaminasi. Aku harus..."

"Uh, maaf! Tidak, aku sangat menyesal atas kelalaianku! Aku... Aku akan menebusnya..."

Melihat Baizhi mendekat, peneliti yang melapor langsung menggenggam pakaiannya dengan gugup, menundukkan kepalanya makin dalam. Namun, di saat berikutnya, sebuah sampel yang telah diproses diserahkan kepadanya.

"Aku kira sampel dari Fission Junrock akan cukup?"

"Tapi, itu pekerjaanmu..."

"Kamu bisa menyelesaikan laporanmu sebelum fase evolusi-statis. Aku sudah mengantisipasi kemungkinan ini dan mengalokasikan cukup waktu untuk mencegah penyimpangan."

"Lain kali, tolong beri tahu aku lebih awal jika terjadi hal serupa. Tadi kau... gemetar cukup hebat. Perlukah aku menyarankan peningkatan suhu ruangan?"

Sepasang mata zamrud miliknya akhirnya menunjukkan ekspresi bingung yang jujur dan tanpa sedikit pun kepura-puraan.

Peneliti itu tertegun, lalu tiba-tiba teringat kalimat lengkap yang sering diucapkan rekan-rekannya tentang Baizhi

"Dia memang terlihat dingin dan sulit didekati..."

"Tapi sebenarnya, dia hanya terlihat seperti itu."

The Sphere and the Device

Sebuah bola kecil mulai menggelinding, kemudian jatuh mengikuti lengkungan, membuat ujung tuas di sisi lain terangkat—menunjukkan bagaimana gaya ditransmisikan.

Baizhi yang baru berusia 11 tahun mengamati bola itu sekali lagi berhenti di titik yang telah ditentukan. Ia menyimpulkan bahwa, seberapapun rumitnya sistem ini terlihat, bola akan selalu bergerak tak terkendali menuju titik akhir yang telah dirancang sejak awal. Hal ini mengingatkannya pada sebuah hipotesis teoritis dalam buku yang baru saja ia baca:

Sepanjang sejarah, peradaban manusia selalu gagal menembus batas dari mekanisme ini, hingga akhirnya menemui kehancuran. Tanpa pengecualian.

Jika hasilnya selalu sama, bukankah segala sesuatu yang pernah terjadi hanyalah pengulangan yang dapat diprediksi? Lalu, apakah semua ini benar-benar memiliki makna?

Baizhi larut dalam pertanyaan itu. Namun, orang tuanya mengkhawatirkan hal ini dari sudut pandang yang berbeda. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan memang mengagumkan, tetapi obsesinya terhadap konsep teoretis membuatnya semakin jauh dari kenyataan. Ia lebih memilih menghabiskan waktu menyelami teks-teks esoterik dan melakukan simulasi, daripada menikmati hidup atau berteman.

Beberapa hari kemudian, Baizhi menerima undangan ke pangkalan ekspedisi ilmiah Akademi Huaxu.

Sore itu, ia menyaksikan sebuah perangkat yang lebih besar dan lebih rumit dari apa pun yang pernah ia lihat sebelumnya—komponen-komponennya mewakili variabel-variabel yang saling terhubung, membentuk sebuah sistem yang begitu kompleks, layaknya organisme hidup.

Namun, meski luar biasa, perangkat itu masih belum lengkap. Masih terlalu tidak pasti untuk menjadi "bola" yang ia rancang dalam pikirannya. Dengan tatapan penuh perhitungan, Baizhi meneliti setiap bagiannya, membentuk berbagai hipotesis tentang cara kerja sistem ini.

"Bagaimana menurutmu? Tim kami berencana untuk menyelesaikan proyek ini suatu hari nanti."

Seorang ilmuwan senior, pemimpin kelompok ekspedisi, berbicara dengan senyum hangat—baru saja kembali dari perjalanan ilmiah yang melelahkan.

"Di bagian sana... Jika dirancang seperti itu, energi yang tersisa tidak akan cukup untuk mendukung perjalanan lebih jauh. Informasi tidak akan dapat ditransmisikan."

"Ahh. Jadi kau sudah menemukan masalahnya... Direktur memang benar tentangmu. Kau benar-benar berbakat! Bagaimana kalau kau bergabung dengan kami?"

Baizhi terdiam sejenak, menatap struktur perangkat itu dengan penuh pemikiran.

"Setiap bola yang menggelinding hanya akan berakhir di satu titik: berhenti di lokasi tertentu. Tetapi aku belum bisa melihat ke mana rancangan kalian akan berakhir."

"Aku akan mengatakan..."

pria itu tersenyum,

"Di tempat yang sekarang masih belum diketahui, tapi suatu hari nanti bisa ditemukan? Aku sepakat bahwa pasti ada titik akhir. Tapi ke mana seharusnya kita menuju...? Mungkin kau bisa bergabung untuk mencari jawabannya. Bersama-sama."

Tepat saat ia selesai berbicara, pintu yang setengah terbuka tiba-tiba terbanting, menampakkan anggota tim lainnya yang sedari tadi menguping. Mereka tersandung masuk ke dalam ruangan, wajah mereka dipenuhi rasa malu sekaligus antusiasme, menunggu jawaban Baizhi.

Pada saat itulah, Baizhi merasa mendengar suara samar—suara bola yang ditempatkan di titik awalnya.

A Close Encounter

Di tahun keempat ekspedisi ilmiahnya, untuk pertama kalinya Baizhi bertemu dengan gelombang Remnant itu.

Saat itu, gairah Baizhi terhadap penelitian berada di puncaknya. Tak lagi terisolasi dalam studinya, ia mulai menjelajahi setiap aspek peradaban bersama tim ekspedisi ilmiah.

Saat bertualang di lingkungan yang begitu dingin, Baizhi menyadari bahwa kedinginan sejati tidak bisa didefinisikan hanya dengan angka “-25°C”. Ia lebih tepat digambarkan oleh hamparan putih salju yang tak berujung, gigilan yang tetap merayap meski lapisan pakaian tebal melindungi, serta ketukan putus asa dari instrumen yang membeku.

Teori hanyalah kerangka, butuh perasaan dan pengalaman nyata agar dapat dipahami sepenuhnya.

Karena itu, Baizhi setia menemani timnya menjelajahi berbagai situs, bukan sekadar reruntuhan biasa, tapi juga tempat-tempat surealis yang dipenuhi energi Remnant—informasi murni dan utuh, yang tetap tak terjangkau dan tak terurai meskipun teknologi mereka telah berkembang jauh.

Namun, pada ekspedisi Sonoro Sphere yang kesembilan, Baizhi dan timnya menemukan sebuah terobosan.

Bangunan di dalamnya tidak terdistorsi, juga bukan refleksi dari realitas. Materialnya tak dikenal. Dari atas, cahaya mengalir melalui lubang di kubah, menyelimuti ruangan dalam kilauan lembut seperti mutiara.

Kehadiran Baizhi dan timnya tampaknya memicu suatu mekanisme—struktur geometris yang tadinya melayang di udara mulai bergerak cepat, membentuk susunan simbol dan angka yang unik.

Baizhi tak bisa memahami tujuan dari Sonoro Sphere ini. Apakah ia sedang menyaksikan masa lalu? Masa kini? Atau mungkin suatu masa yang belum diketahui? Tapi tak ada waktu untuk terpukau. Naluri ilmiahnya langsung mengambil alih, memaksanya untuk merekam setiap detail yang ada.

Ini bisa menjadi dasar bagi teori baru—

Instrumen survei menampilkan fluktuasi frekuensi secara langsung. Baizhi memutuskan semua distraksi dan memusatkan seluruh perhatiannya pada layar.

Seluruh teori dan pemahamannya selama ini terasa seperti dirancang untuk momen ini.

Semakin pendek jarak, semakin kecil konsumsi energi. Dua titik membentuk garis lurus, dan garis itu mengarah ke sumbernya.

Layaknya membangun saluran dalam sebuah perangkat, Baizhi memilih dua ujung ekstensi, menghubungkannya dalam satu garis, lalu mengangkat alat sampling menuju pusat pertemuan energi—

Cahaya yang bergejolak merespons tindakannya, mengembun menjadi bola cahaya putih yang murni.

*Gelombang Remnant itu pun berhasil ditangkap dan diwujudkan—utuh, namun kosong bagai cangkang, murni dan bebas dari segala kotoran.

Saat itu, Baizhi tidak tahu bahwa penemuannya akan terus bersamanya seumur hidup, membentuk dasar dari seluruh penelitian yang akan ia lakukan di masa depan.

Infinitely Close to Zero

Bagi Baizhi, membuat permohonan adalah tindakan yang membingungkan.

"Jika sudah tahu permohonan jarang terkabul, apa gunanya membuatnya? Tindakan ini bahkan tidak memiliki objek yang jelas. Setelah mengucapkan permohonan, apakah ada yang akan menjawabnya? Siapa yang akan menjawabnya?"

Menghadapi pertanyaan tulus Baizhi, rekan-rekannya kembali terdiam.

Namun, setelah seribu hari bersama, mereka memahami bahwa keseriusan dan cara bicara Baizhi yang tak langsung hanyalah caranya dalam mencari kebenaran dan menghindari inkonsistensi dalam menilai atau menyatakan sesuatu.

Baizhi tak pernah membuat permohonannya sendiri. Tapi, ia selalu berdiri di samping rekan-rekannya—saat mereka memohon di bawah cahaya lilin, bintang jatuh, atau hal lain yang mereka yakini.

Meski tak paham, Baizhi tetap mencoba memahami mereka dan tetap ada untuk mereka, seperti yang mereka lakukan padanya.

"Tolong, semoga kita bisa mengungkap semua misteri Makhluk Remnant!"

"Itu bisa dilakukan, tapi kemungkinan besar tidak dalam generasi kita."

"Aah, benar juga... tapi tetap saja menyedihkan! Jangan dipikirkan terlalu dalam, membuat permohonan dan kenyataan itu dua hal berbeda... Pokoknya, nanti kamu akan mengerti saat punya satu!"

Di keheningan sunyi di padang es, hari itu pun tiba. Dunia runtuh tanpa peringatan, seperti yang sering terjadi.

Sosok-sosok yang dulu hidup terurai menjadi fragmen, dimangsa oleh Tacet Discords. Mata-mata yang dulu memandang masa depan kini membeku dalam kehampaan. Detak jantung Baizhi melemah. Pikirannya berputar liar.

Kenapa ini terjadi? Begitu banyak yang telah dikorbankan demi pencarian Sonoro Sphere.

Tidak mungkin semuanya berakhir seperti ini... Ia tak bisa membayangkan dunia tanpa mereka.

"Tolong... semoga mereka bisa bangun kembali."

Untuk pertama kalinya, Baizhi membuat permohonan. Tapi ia tak tahu siapa yang bisa mengabulkannya.

Saat Sonoro Sphere runtuh, Tacet Discords menghambur ke arahnya.

Dalam pusaran emosi yang kacau, Baizhi tak mampu mengendalikan keinginannya—keinginan agar semua orang kembali, membuka mata seperti biasa... Di saat itulah, sebuah Tacet Mark muncul di tubuhnya.

Lalu, sesosok Makhluk Remnant muncul di hadapannya, berbentuk seperti Epiphyllum yang bermekaran. Seolah-olah, itu adalah jawaban atas permohonannya.

Hingga hari ini, Baizhi masih tidak membuat permohonan. Permohonan bukanlah fakta. Ia lebih memilih berpegang pada hal yang nyata, sesuatu yang bisa ia kendalikan.

Namun, permohonan satu-satunya yang pernah ia ucapkan itu kini terkubur dalam dirinya, bagaikan angka yang terus mendekati nol tanpa pernah mencapainya. Tampak mustahil, namun tak pernah benar-benar hilang.

The Endpoint

Segala yang terjadi di bawah gletser telah menjadi masa lalu. Sebagai satu-satunya yang selamat, Baizhi tak pernah membicarakannya atas kemauannya sendiri.Mereka yang penasaran dan berusaha menggali rahasia itu tak menemukan apa pun. Tidak ada misteri kelam yang disembunyikan.

Semua orang telah melakukan yang terbaik.

Publik tak bisa menyalahkan siapa pun. Bahkan para peneliti paling gigih pun memahami risiko yang melekat dalam ekspedisi ilmiah—mereka mendorong diri mereka hingga batas, mengorbankan tubuh mereka demi kebenaran, sambil tetap sadar bahwa kematian adalah kemungkinan nyata.

Kesunyian Baizhi bukan karena ia ingin menyembunyikan sesuatu. Ia hanya tidak tahu bagaimana mengungkapkan pikirannya. Merenungkan masa lalu tidak ada gunanya.

Baizhi memusatkan waktunya pada tugas-tugas penting, yang hanya bisa ia lakukan sebagai satu-satunya yang tersisa.

Tak lama setelah bergabung dengan Akademi, Baizhi mulai berlari dari satu laboratorium ke laboratorium lain di Cabang Remnant Ecoacoustics.

Inovasi-inovasi tak terhitung jumlahnya muncul dari tangannya—dalam Waveband Analysis, Applied Echo Studies, dan simulated Sonoro Spheres.

Ia mengajukan hipotesis bahwa Makhluk Remnant adalah tubuh energi yang berasal dari "cangkang kosong". Mereka bisa beresonansi dengan manusia, mungkin dapat terbentuk dalam wujud yang melampaui sekadar pita energi.

Jika prinsip ini bisa dikuasai, manusia mungkin bisa mengembangkan Sonoro Sphere buatan serta lebih banyak Makhluk Remnant. Hipotesis ini menggemparkan komunitas akademik, namun makhluk Remnant yang kembali bersamanya dari Sonoro Sphere menjadi bukti sempurna.

Baizhi menamainya—You’tan. Nama yang diambil dari udumbara, bunga mistis yang kadang dikaitkan dengan Epiphyllum. Bunga yang hanya mekar di malam hari.Bunga yang menghilang begitu cepat setelah sekilas muncul, sebagaimana Dharma dan kebenaran hakiki yang sulit dipahami.

Meski bertahun-tahun mencari, para peneliti hanya bisa menangkap jejak sekilas dari apa yang mereka kejar—sebuah konsep yang tak lebih nyata daripada sekuntum Epiphyllum yang fana. Mungkin, nama itu adalah penghormatan bagi rekan-rekannya yang hilang. Atau, sebuah pengingat untuk terus maju dalam pencariannya.

Begitu banyak jawaban yang masih menunggu. Dan Baizhi harus menemukannya semua.

Tapi ia tidak terburu-buru. Karena tujuan itu ada di depan. Ia melangkah dengan sabar, melanjutkan perjalanan sebelum waktu benar-benar habis. Dan ini bukanlah perjalanan yang sepi. Karena Baizhi kini memiliki seorang pendamping—seseorang yang berbagi jalan dan tujuannya.

Di pinggiran Huanglong, Baizhi bertemu dengan "tamu kehormatan" untuk pertama kalinya. Ia tidak tahu dari mana mereka berasal, namun saat melihat mereka menyerap "suara" dari sebuah Echo, Baizhi kembali mendengar bunyi retakan kecil itu—

Bunyi bola yang jatuh ke titik awalnya.

Lihatlah, pikirnya.

Tujuan yang dulu tak dikenal, kini dapat ditemukan. Manusia benar-benar bisa mencapainya.

Last updated