Chixia
Last updated
Last updated
Tanggal Lahir
18 April
Jenis Kelamin
Perempuan
Tempat Lahir
Huanglong
Afiliasi
Jinzhou
Gallant Blaze
Dasar Evaluasi: [Resonance Assessment 2893-G]
Resonator Chixia mengalami Awakening enam tahun lalu setelah terpapar suhu ekstrem dan kobaran api yang dahsyat.
Tacet Mark milik Chixia terletak di bagian bawah perut kirinya. Setelah Awakening, ia mengalami perubahan warna rambut menjadi merah, serta peningkatan suhu tubuh yang signifikan.
Ia memiliki kemampuan untuk mengubah frekuensi zat bersuhu tinggi menjadi amunisi api yang nyata.
Resonance Spectrum Pattern Chixia menunjukkan keselarasan erat dengan elemen api. Reaksi Syntony yang kuat terdeteksi dalam pengujian, meskipun penyebab pasti Awakening-nya masih belum diketahui.
Analisis terhadap sampel uji menunjukkan adanya Kurva Rabelle yang tidak konvergen, dengan kenaikan curam di bagian tengahnya.
Berdasarkan hasil ini, Resonator Chixia diklasifikasikan sebagai Mutant Resonator.
Grafik gelombang Resonator Chixia menunjukkan fluktuasi elips yang stabil dalam Time Domain, tanpa adanya pola abnormal.
Semua hasil pemeriksaan berada dalam batas normal.
Resonant Criticality: Tinggi
Stabilitas Frekuensi: Sangat tinggi
Risiko Overclocking: Minimal
Resonator Chixia tidak memiliki riwayat Overclocking yang terdokumentasi.
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin, sementara konseling psikologis saat ini tidak diperlukan.
Headline Screenshots
Aksi heroik Chixia telah menjadikannya figur yang dihormati di Jinzhou.
Meskipun ia tidak mencari ketenaran, pujian tulus dari orang-orang menjadi motivasi baginya untuk terus mengejar impiannya.
Victor Savor
Sebuah stoples saus pedas spesial, dibuat berdasarkan resep rahasia keluarga Chixia, disajikan dalam piala yang pernah ia menangkan.
Meskipun Chixia sangat menyayangi trofi ini, menurutnya, saus luar biasa ini lebih pantas untuk mengisinya.
Rasanya segar, asin, asam, dan membuat lidah mati rasa.
Dalam kata-kata Chixia sendiri:
"Saus ini enak banget, bahkan kalau dicocol pakai sepatu tua pun masih bakal lahap!"
Badge of Hero
Sebuah lencana Patroller dan merchandise Fiamma.
Lencana ini telah dihiasi dengan sangat teliti, sementara merchandise-nya menunjukkan banyak tanda pemakaian.
Namun, keduanya telah dipoles hingga berkilau sempurna.
Leluhur Chixia adalah para perantau dari Central Plains yang menetap di Jinzhou sejak beberapa generasi lalu. Keluarganya dikenal karena kecintaan dan keahlian mereka dalam dunia rempah-rempah.
Saat matahari mulai menyinari langit Jinzhou, tanda pertama kehidupan di kota ini selalu berasal dari Dapur Panhua, di mana asap mengepul dari cerobongnya.
"Pagi, Nyonya Panhua! Satu mangkuk mi buatan tangan, ya. Ekstra pedas dan bikin lidah mati rasa!"
Suara Chixia yang lantang langsung menggema, mengalahkan hiruk-pikuk kota yang mulai ramai. Sekelompok anak kecil yang berada di dekatnya langsung menatapnya penuh kekaguman.
"Kak Chixia, kapan kita mulai latihan Overdash hari ini?"
seru salah satu anak dengan penuh semangat.
"Kayaknya murid-muridmu lebih bersemangat daripada kamu sendiri,"
canda Panhua sambil menyajikan sarapan untuk Chixia dan anak-anak.
"Kenapa buru-buru? Aku aja belum pemanasan! Lagian, kerja keras itu gak bisa dilakukan kalau perut kosong, kan?"
jawab Chixia, mulutnya masih penuh dengan mi pedas. Baginya, hari yang penuh energi harus dimulai dengan sensasi pedas yang membangunkan lidah.
Chixia menikmati setiap gigitan cabai pedasnya, menelannya dengan kuah panas yang mengepul. Begitu makanan menghangatkan perutnya, tubuhnya mulai bersinar dengan semangat. Dengan suapan terakhir, Chixia mengusap mulutnya dengan puas.
"Sekarang aku udah siap tempur!"
Ada pepatah di Huanglong:
"Seseorang harus berbuat baik tanpa mengharapkan pengakuan."
Tapi bagi Chixia, itu tidak berlaku.
"Kalau semua orang tetap anonim, gimana mereka tahu harus manggil siapa saat butuh bantuan?" "Seorang pahlawan harus meneriakkan namanya dengan lantang, supaya semua orang mengingatnya!"
Inilah prinsip yang ia pegang sejak hari pertama bermimpi menjadi seorang pahlawan. Sejak kecil, Chixia mengidolakan para superhero seperti Speedster dan Fiamma dari Hero Plays. Nama-nama itu selalu membawa rasa keberanian dan kenyamanan. Ia ingin memiliki nama kepahlawanan yang akan dikenang, seperti mereka.
Setiap kali Chixia membantu seseorang, ia selalu meninggalkan jejaknya—bahkan mengajarkan anak-anak cara menuliskan namanya, huruf demi huruf. Dengan cara itu, namanya menyebar di seluruh Jinzhou seperti kobaran api.
Sekarang, nama "Chixia" telah menjadi bagian dari keseharian kota. Orang-orang memanggilnya setiap kali ada masalah. Bahkan pedagang asing yang tidak bisa berbahasa lokal mulai menggunakan kata "Chixia" sebagai sapaan, mengira itu adalah salam khas Jinzhou!
Meski tekun dan penuh semangat, Chixia tetap memiliki kekhawatiran. Ia terus bertarung melawan bandit, Tacet Discords, serta kelompok misterius berjubah merah di pinggiran Jinzhou*. Tapi bahaya selalu datang tanpa diduga, meski ia telah berusaha melindungi kota sebaik mungkin.
Apakah ia benar-benar sudah memenuhi standar seorang pahlawan?
Namun, saat melihat senyuman orang-orang yang ia lindungi, semua keraguan itu langsung sirna. Bagi anak-anak Jinzhou, tidak ada pertanyaan tentang siapa pahlawan mereka.
Saat mereka bermain pura-pura menjadi pahlawan, mereka selalu memilih "Kak Chixia" sebagai tokoh utamanya.
Jinzhou terkenal dengan pertunjukan Hero Plays-nya yang spektakuler, dan Chixia sangat menyukainya. Dari tabuhan drum, gerakan aktor yang elegan, hingga tarian lengan kain sutra yang berayun anggun—semuanya selalu membuatnya terpukau.
Namun, teknik favoritnya adalah Kindlefire, yang melambangkan kemunculan megah Fiamma.
Dalam momen ini, obor dinyalakan di tengah kegelapan, lalu menembakkan bola api ke langit, menyalakan deretan lilin di sekelilingnya. Penonton selalu terpukau oleh pertunjukan itu, dengan aroma kayu terbakar yang menyebar di udara.
Bagi Chixia, cahaya itu terasa sangat familiar—mengingatkannya pada masa kecilnya. Ia teringat saat berjalan di alam liar bersama orang tuanya, membangun kemah di perjalanan menuju Jinzhou.
Di malam hari, hutan terasa berbahaya. Kegelapan yang sunyi menelan segalanya, termasuk tenda kecil tempat ia bersembunyi. Dalam kegelapan, Chixia menggenggam selimutnya erat, mengulang kisah pahlawan yang dulu diceritakan ibunya sebelum tidur.
Berharap agar Fiamma melindunginya dari Tacet Discords yang mengintai dalam bayangan.
Saat itu, sebuah nyala api kecil muncul di pikirannya. Matanya menatap dinding tenda, terpaku saat cahaya itu semakin terang dan terang...
"Lihat! Itu Fiamma!"
Suara Jiu yang duduk di sebelahnya membuyarkan lamunannya, menarik sudut bajunya dengan penuh semangat.
Di panggung, Fiamma yang megah turun dari langit, mengayunkan obornya dengan gagah. Seketika, Fluffernox jahat melarikan diri ketakutan. Seluruh penonton bersorak riuh, dan Chixia bertepuk tangan paling keras di antara mereka.
Setelah kembali ke rumah dari teater, Chixia bersiap untuk patroli. Ia mengambil obor polosnya sebelum berangkat.
"Kamu masih pake barang itu? Aku udah gak ngitung berapa tahun obor itu bersamamu. Bukannya departemen sudah kasih kamu peralatan baru?"
tanya ibunya sambil menambahkan saus pedas ke tumisannya.
"Gak masalah! Obor ini cukup terang buat bertahan seratus tahun lagi!"
jawab Chixia dengan penuh percaya diri.
Chixia bertemu Jiu saat sedang berpatroli di malam hari. Ia tengah menyelidiki sebuah kasus aneh—warga melaporkan adanya suara misterius di atas atap rumah mereka selama beberapa malam berturut-turut. Namun, setiap kali mereka keluar untuk memeriksa, tak ada apa pun di sana.
Bersenjatakan sebuah obor, Chixia memanjat ke atap, menyusuri tiap sudut dalam kegelapan. Saat matanya menyapu area sekitar, sebuah potongan gambar Fiamma yang sudah kusut menarik perhatiannya, tersembunyi di antara genting.
"...?" &#xNAN;"...Dapet!"
Saat Chixia berjongkok untuk mengambilnya, tiba-tiba sebuah bayangan melompat dari kegelapan, mengejutkannya. Dengan refleks cepat, ia mengarahkan obornya ke sosok itu—hanya untuk melihat wajah seorang anak kecil.
Memanfaatkan kebingungan Chixia, anak itu dengan cepat meraih gambar Fiamma dari tangannya, lalu kabur ke dalam malam yang gelap. Chixia* segera berlari mengejarnya, tapi anak itu sudah lenyap tanpa jejak.
Sepanjang malam, Chixia terus mencari, hingga akhirnya fajar mulai menyingsing. Saat ia tiba di depan sebuah jendela yang setengah terbuka, terdengar suara seorang anak bernyanyi:
"Begitu aku mengangkat Pedang Obor..."
Itu salah satu dialog Fiamma!
Chixia langsung menimpali:
"...Aku akan melenyapkan monster itu!"
Sebuah kepala kecil menyembul dari balik jendela, matanya berbinar penuh semangat saat menyadari bahwa ia telah menemukan sesama penggemar Fiamma. Bagus. Siapa pun yang menyukai Fiamma pasti orang baik!.
Jiu dan keluarganya baru pindah ke Jinzhou, tapi karena orang tuanya bekerja hingga larut, ia dan adiknya sering ditinggal sendirian di rumah. Adiknya yang penakut selalu takut kalau ada Fluffernox yang bersembunyi di atap rumah mereka.
Jadi, untuk melindungi adiknya, Jiu mulai berpatroli di atap setiap malam.
"Sayangnya, aku gak pernah bisa nonton Fiamma secara langsung..." &#xNAN;"Aku cuma bisa dengar dialognya dari luar teater. Aku ngucapin dialognya dengan benar, kan?"
kata Jiu dengan sedikit malu.
"Tentu saja! Kamu luar biasa!" kata Chixia, &#xNAN;"Kamu harus bawa adikmu ke teater dan lihat sendiri gimana Fiamma ngalahin Fluffernox. Aku jamin dia gak bakal takut lagi setelah itu!"
meyakinkannya.
Jiu ragu-ragu, lalu menunduk.
"Aku... Aku gak bisa. Ayah dan ibu udah cukup kesulitan..."
Chixia berpikir sejenak, lalu tersenyum.
"Baiklah. Sekarang janji sama aku—jangan naik ke atap lagi, oke?" &#xNAN;"Itu bakal bikin tugasku jauh lebih gampang. Sebagai gantinya, aku bakal kasih kamu tiket pertunjukan. Setuju?"
Mata Jiu membulat, lalu dengan penuh semangat, ia mengangguk keras.
"Siap, Kak Chixia!
Hari kelulusannya dari pelatihan, banyak rekannya yang terkejut ketika Chixia memilih menjadi Community Patroller. Ia sudah melalui banyak rintangan untuk akhirnya bisa bergabung dengan Public Security Bureau, setelah berulang kali gagal dalam ujian masuk.
Banyak yang mengira Chixia mengincar posisi lebih tinggi, jadi keputusannya membuat mereka kebingungan.
Saat ditanya alasannya, Chixia hanya tersenyum lebar dan berkata:
"Aku gak bisa ninggalin Jinzhou. Mi pedasnya, teaternya, dan teman-temanku—Jiu, Qianqian, Ali..."
Namun, hanya Chixia yang tahu alasan sebenarnya.
Api semangatnya sudah dinyalakan sejak kecil, Dipupuk oleh cahaya obor keluarganya, Diperkuat oleh pahlawan yang ia lihat di teater, Dan nyaris padam dalam badai suatu malam...
Hari itu, Chixia kecil mengayunkan obornya dengan gagah, berpura-pura menjadi Fiamma untuk menakuti bandit. Namun, usaha itu sia-sia. Salah satu bandit mengangkatnya dengan mudah dan melemparkannya di sebelah temannya, Ali. Dengan mata tertutup, Chixia membuka lengannya, melindungi Ali dengan tubuhnya.
Lalu—kilatan petir yang memekakkan telinga menyambar, membuat para bandit jatuh tersungkur. Di antara cahaya kilat, Chixia melihat lencana cerah milik penyelamatnya.
Tahun-tahun berlalu, Chixia akhirnya lulus ujian masuk. Namun, sang penyelamat sudah lama menghilang.
Ia akhirnya mengerti kenapa pahlawan itu harus tetap tersembunyi. Dan kenapa ia bukan bagian dari mereka.
Maka, ia menandai pilihan "Community Patroller" dengan tegas. Meskipun ia bukan petir yang menyambar, ia akan tetap menjadi api yang menjaga kehidupan sederhana di Jinzhou tetap hangat.