Ciaccona

Seorang bard pengembara dari Rinascita, Ciaccona. Ia bernyanyi bukan hanya untuk Divinity, tetapi juga untuk orang-orang biasa. Ia mencatat berbagai kisah sepanjang perjalanannya, lalu mengubahnya menjadi lagu yang membangkitkan tawa, haru, dan air mata — baik bagi para pencerita maupun pendengarnya.

🔍 Informasi

Tanggal Lahir

Unknown

Jenis Kelamin

Perempuan

Tempat Lahir

Rinascita

Afiliasi

Rinascita

📋 Forte Examination Report

Resonance Power

Woven Melodies

Resonance Evaluation Report

Dasar Evaluasi: [Catatan Jurnal Veron Toccata — Kepala Keluarga Toccata] Aku tidak tahu apakah ini adalah berkah atau kutukan yang menimpa anakku. Anak itu menguasai berbagai instrumen dengan begitu mudah. Ia berkata padaku bahwa melodi dalam lembaran musik tidak hanya tampak sebagai not balok, tetapi juga sebagai rangkaian adegan—kisah tentang instrumen dan para pemainnya... Ia menggenggam tanganku dan membagikan persepsi itu, dan saat itulah aku menyadari bahwa Ciaccona mampu menciptakan ulang bagian-bagian dunia lewat melodi. Itu adalah dunia ciptaannya sendiri.

Selama ia masih bisa merasakan melodi itu, Ciaccona bisa mengubah puisi dan musiknya menjadi apa pun. Anak itu memiliki rasa ingin tahu yang alami terhadap segala hal, sehingga mudah baginya untuk merasakan kisah dan pengalaman orang lain.

Namun aku khawatir karunia ini akan membawa kesialan padanya. Bahwa ia akan mendengar gema-gema yang tersembunyi di balik gelapnya bayang-bayang.

Overclock Diagnostic Report

Catatan Jurnal Veron Toccata — Kepala Keluarga Toccata

Order pada akhirnya mengetahui kemampuan Ciaccona. Mereka menyatakan bahwa ia ditakdirkan menjadi chorister paling bersinar dari Keluarga Toccata. Sesuai protokol, mereka melakukan pemeriksaan Forte terhadapnya. Berikut hasilnya:

gelombang Waveform anggota ini menunjukkan fluktuasi elips dengan Domain Waktu yang stabil. Tidak ditemukan tanda-tanda fluktuasi abnormal. Hasil tes dinilai berada dalam fase normal.

Resonant Criticality: Tinggi.

Anggota ini memiliki stabilitas tinggi dengan risiko Overclocking yang minimal.

Catatan menunjukkan tidak ada riwayat Overclocking.

Tidak ada kebutuhan saat ini untuk konseling psikologis.

Semua data tampak normal, kemungkinan besar karena cara pandangnya terhadap melodi yang dipenuhi keajaiban dan harapan. Saat ia tumbuh dewasa, terkadang aku berharap ia bisa bahagia seperti ini selamanya... Namun aku tahu hal itu menjadi mustahil sejak ia mengambil kunci itu.

📦 Cherished Items

Quill of Poetry

Sebuah pena mewah yang dirancang dengan sangat indah, berbicara lewat bulunya. Di tangan seorang penyair, pena ini memunculkan inspirasi tanpa akhir—menceritakan kisah-kisah meriah di kedai tentang gletser berusia ribuan tahun, reruntuhan megah kota bawah tanah, dan hutan-hutan ajaib.

Di manakah legenda sang pahlawan akan terungkap kali ini?

Miniature Instrument

Sebuah benda kecil yang dibeli Ciaccona dari pasar. Penjualnya mengatakan bahwa itu adalah instrumen mini yang bisa menghasilkan suara.

Ia sering berkata bahwa kondisi batin seorang pemain sangat berkaitan erat dengan musik, dan bahwa sebuah instrumen tidak ditentukan oleh harganya. Bahkan jika ukurannya sangat kecil sekalipun...

Dengan mata terbelalak, kerumunan menanti gadis muda ini untuk menghadirkan suara-suara yang menciptakan keajaiban.

Musical Remembrance

Sebuah kotak musik dengan kerajinan halus, hadiah dari seorang pedagang kepada Ciaccona setelah mendengar penampilannya. Melodi-melodi Ciaccona dapat diputar ulang hanya dengan putaran lembut pada engkolnya.

Dari situ, ia menyadari bahwa musik bisa hidup selamanya dalam wujud yang lain.

📜 Story

Music and the World

Gadis kecil itu selalu senang menatap ke atas. Entah itu langit biru cerah di siang hari atau biru berkilauan di malam hari. Pernah suatu kali ia bertanya-tanya sendiri, kenapa? Namun kata-kata yang ia tahu tak cukup untuk menggambarkan perasaannya. Yang ia tahu hanyalah rasa takjub akan hal-hal tak dikenal dan misteri yang terbentang jauh di atas sana... Lama-lama, ia berhenti bertanya, karena menyadari bahwa menatap langit itu sendiri adalah keindahan yang tak bisa dijelaskan.

Sejak saat itu, ia mulai menatap ke atas saat membaca, saat tidur, bahkan saat berjalan...

"Hoi, hoi. Lihat ke depan, Nona Ciaccona. Kenapa terus menatap langit-langit? Lihat jalanmu dong!"

Setelah kepalanya membentur keras sesuatu, Ciaccona kecil akhirnya memutuskan sebaiknya tidak terlalu sering menatap langit... setidaknya tidak sambil jalan. Dan saat berikutnya ia menatap ke atas, ia melihat sesuatu yang kelak menjadi gairah seumur hidupnya.

Itu adalah siang biasa ketika Ciaccona mendorong pintu ruang kerja ayahnya. Benda yang diletakkan di atas lemari langsung menarik perhatiannya begitu ia mendongak. Perlahan-lahan ia mengambilnya—sebuah biola, dan itulah pertemuan pertamanya dengan sebuah instrumen. Membayangkan bagaimana ayahnya pernah memainkannya, ia memutuskan untuk mencoba.

“Ciiiiiit...”

Itu jelas suara yang kasar. Namun ia merasakan sesuatu yang aneh, seolah dirinya tenggelam ke dasar lautan. Semua suara, kecuali biola, mulai memudar. Cahaya dan bayangan senja mengabur. Dunia di hadapannya perlahan menutup tirainya, dan ketika tirai itu terbuka kembali, dunia baru muncul di hadapannya. Udara dipenuhi not musik yang menari, dan di kejauhan, sekelompok orang tengah memainkan musik.

"H-Halo?"

Tak ada yang menjawab panggilan gadis itu. Ia melangkah mendekat, dan meski wajah mereka kabur, melodinya terdengar akrab.

"Itu lagu yang sering Ayah mainkan. Karya keluarga kami,"

kenangnya dalam hati.

Kelompok itu tampak tak menyadari kehadirannya saat mereka terus memainkan musik, mengelilingi gadis kecil itu dengan melodi yang terdengar seperti tangisan bayi yang baru lahir, serta suka dan duka kehidupan...

"Brak."

Musik itu tiba-tiba berhenti ketika pintu terbuka. Melihat biola di tangan Ciaccona, sang ayah hanya menepuk kepalanya dengan lembut, dengan sedikit ekspresi pasrah, lalu mengambilnya kembali.

"Ayah akan mengajarimu saat kamu sudah agak besar,"

ucapnya sambil menggandeng tangan Ciaccona dan membimbingnya keluar dari ruangan. Tepat sebelum pintu menutup, Ciaccona menoleh dan melambaikan tangan pada biola itu.

Sejak hari itu, Ciaccona mulai mencari tahu segala hal tentang musik. Semakin banyak ia pelajari, semakin jernih pula penglihatan yang ia dapat setiap kali menyentuh sebuah instrumen.

Ia tidak pernah menceritakan kepada siapa pun apa yang ia lihat hari itu. Baru jauh setelahnya Ciaccona mengetahui bahwa semua itu berasal dari Forte-nya: kekuatan untuk menciptakan kembali masa lalu lewat melodi.

Orang-orang dari masa berbeda, disatukan melalui musik dan puisi. Itu adalah keajaiban terbesar yang pernah ia bayangkan.

Poems and the World

Dengan pena di tangan, gadis muda itu bersandar di mejanya, merasakan dinginnya logam mata pena di ujung jemarinya, sementara pikirannya layu di padang pasir inspirasi yang tandus.

Di luar jendelanya, tampak keramaian orang-orang, burung-burung, angin, dan para Acolyte yang tengah berdoa...

Di mata Ciaccona, semua itu adalah potongan adegan yang bisa diubah menjadi kata dan tanda baca, namun tetap menolak tersusun menjadi kalimat. Kata-katanya terasa hampa dan tak bernyawa ketika dirangkai bersebelahan. Itu... jauh dari puisi.

"Nona Ciaccona. Bolehkah saya mengganggu sebentar?"

Seorang pelayan mengetuk pintu, lalu masuk setelah mendapat anggukan dari sang gadis.

"Saya ingin meminta bantuan, kalau boleh. Karena Anda pandai merangkai kata... Bisakah bantu menuliskan surat untuk keluarga saya?"

Ciaccona mengisyaratkan agar sang pelayan duduk, lalu mulai menulis di selembar kertas kosong:

"Kepada yang terkasih..."

Ketika pelayan itu menerima balasan dari rumah, ia membacanya bersama Ciaccona. Keduanya pun mulai menulis surat kedua...

Yang mengalir dari pena adalah potongan-potongan perasaan dan kenangan sang pelayan. Ciaccona tersenyum dalam kebahagiaannya, dan menitikkan air mata dalam kesedihannya.

Kabar tentang kepiawaian Ciaccona menyebar, dan semakin banyak orang datang meminta bantuannya untuk menulis surat. Ia pun mulai memahami isi hati tiap orang dengan lebih dalam. Untuk mereka yang ingin mengirim surat ke pelaut di lautan, penanya membawa rasa asin ombak. Untuk mereka yang ingin menulis untuk ayah yang bekerja di ladang gandum, tintanya menguar aroma gandum. Tentu saja, semua kisah itu ia simpan rapat-rapat.

Tanpa sadar, ia mulai menemukan bahwa kata-kata dalam surat-surat itu perlahan berubah menjadi puisi—memiliki jiwa.

Ia mengambil kembali penanya dan memandang ke luar jendela sekali lagi, namun pemandangannya tetap membisu, dan kertas di hadapannya tetap kosong. Terdengar ketukan di pintu, kemungkinan besar seseorang datang lagi dengan permintaan surat. Saat gadis itu bangkit untuk membukanya, suara tamu menyatu dengan derit lantai, dan di saat itulah ia memahami apa yang selama ini menghalanginya. Sebelum bisa menulis, ia harus lebih dulu mendengarkan.

"Aku datang! Mau menulis untuk siapa hari ini?"

Ciaccona merapikan lipatan pada kertasnya saat angin membawa doa-doa dari Cathedral of Mercury masuk ke dalam ruangan. Ia terus tergerak oleh suka dan duka dari kisah-kisah tak terhitung jumlahnya, sambil terus mencari romansa dan jiwa di balik tiap baitnya.

Fate and the Door

Gadis kecil itu berdiri cemas di depan pintu. Meski begitu, ia tetap berjinjit dan menyelipkan kunci ke dalam lubang.

Dengan ayah dan seluruh keluarga sibuk dengan latihan choir, dan tak ada siapa pun yang memperhatikannya, Ciaccona tahu ini satu-satunya kesempatan untuk membuka pintu itu.

Pintu berderit pelan saat terbuka, memperlihatkan kegelapan total di dalamnya. Ciaccona bersandar pada dinding dan meraba-raba mencari sakelar lampu.

Ayahnya telah melarang siapa pun masuk ke ruangan ini. Katanya itu adalah ruang kerja lama yang telah ia tinggalkan, yang tak pernah sempat ia bersihkan. Ia memperingatkan bahwa lantainya sudah begitu lapuk hingga bisa roboh sewaktu-waktu. Tapi semua itu tak cukup untuk menghentikan rasa penasaran Ciaccona. Seperti kutipan yang pernah ia baca di sebuah buku puisi:

"Do not go gentle into that good night. Rage, rage against the dying of the light..."

Lampu pun menyala berkedip, lalu menerangi seluruh ruangan. Seketika itu juga, Ciaccona tahu ayahnya telah berbohong. Memang benar ini adalah ruang kerja, tapi keadaannya sangat rapi dan bersih.

Rak buku menjulang di sepanjang dinding, dan berbagai instrumen tertidur di sudut-sudut ruangan. Ini adalah surga bagi seorang gadis yang mencintai puisi dan musik sepenuh hati.

Ia menyentuh instrumen-instrumen itu dengan lembut, seolah membangunkan mereka dari tidur panjang, lalu mulai melompat kecil sambil bernyanyi. Kanan, lalu kiri... sampai ia menabrak sebuah rak buku. Sebuah buku jatuh di kakinya, dan Ciaccona membuka halaman pertama.

"Antologi ini berasal dari Golden Anthem. Semoga puisi-puisi ini membawa secercah harapan bagi mereka yang tersesat dari jalan takdirnya..."

Ciaccona mengulang kalimat pembuka itu, terpesona oleh kata-katanya. Ia duduk diam-diam, membuka halaman demi halaman, dan seiring itu... takdirnya pun ikut mulai terbuka.

For the Stories, She Shall Sing

"Musik itu sendiri tak mengandung emosi. Hati kitalah yang memberinya makna. Maka, wahai pendengar, ceritakan padaku... perasaan apa yang dibangkitkan oleh laguku?"

Di Kota Egla, begitu banyak orang bertemu dan berpisah setiap saat yang berlalu. Sebagai seorang bard pengembara, Ciaccona selalu menjadi pengamat kisah—menyaksikan awal, pertengahan, dan akhirnya...

Hingga suatu pagi, saat ia melihat sosok asing dari kejauhan dalam cahaya fajar, ia tahu bahwa sebuah melodi baru akan segera terdengar.

Itulah percakapan pertama Ciaccona denganmu. Namun baginya, mungkin itu bukan pertemuan kalian yang pertama.

Di bawah langit malam yang menyala oleh kembang api, ia menyaksikan sang asing bertopeng meraih Laurel, bersinar lebih terang dari bintang dan percikan cahaya di tengah sorak-sorai kerumunan.

Apa yang membuat seorang pahlawan layak dikenang dalam legenda? Apakah kekuatan? Keberanian? Kebaikan? Atau keadilan...?

Semua kualitas itu berpadu dalam sosok bercahaya yang berdiri di hadapannya.

"Jika diberi kesempatan, aku ingin menuliskan puisi untukmu, wahai Laureate."

Angin lembut dari Whisperwind Haven meluncur tenang mengikuti arus, melewati kincir angin dan cerobong asap, lalu menyapu alam liar hingga mencapai seorang gadis berambut merah dengan tanduk rusa. Ia memetik lute di antara burung-burung yang menari, dan angin yang tertinggal pun membawa lagunya ke tempat-tempat yang jauh.

"Di dunianya, puisi dan musik memiliki kekuatan yang seimbang..."

Saat gadis bertanduk itu melihatmu bersama Carlotta muncul dari balik angin, entah kenapa ia merasa dirinya pun akan segera terseret ke dalam sebuah kisah.

Bard selalu berada di bayang-bayang, menjadi pengamat dalam legenda orang lain. Namun kini, keluar dari halaman kisah, Ciaccona justru tertarik masuk ke dalamnya. Ada rasa antusias, juga sedikit kegelisahan.

Kali ini, untuk dirinya sendiri—ia akan bernyanyi.

Last updated